HARIAN MERAPI - Dua tim yang tampil gemilang di liga domestik masing-masing tetapi tertatih-tatih di pentas Eropa, Bayern Munich dan PSG akan bentrok pada pertandingan Liga Champions Selasa (26/11).
Setelah menjalani empat pertandingan Liga Champions, Bayern telah menelan dua kekalahan dan kini menghuni posisi ke-17 di klasemen sementara.
Salah satu kekalahan itu adalah kekalahan 1-4 dari Barcelona, yang kini dilatih mantan pelatih Bayern Hansi Flick.
Situasi di tubuh PSG bahkan lebih buruk. Klub Prancis itu menghuni posisi ke-25, yang otomatis berada di luar zona untuk lolos ke fase gugur.
Baca Juga: Tugas Guru: Sinergiskan Catur Pusat Pendidkan Anak untuk wujudkan generasi Indonesia Emas 2045
Untuk dua tim yang berlaga di final Liga Champions empat tahun silam, serta masing-masing menggenggam keunggulan enam poin di liga domestik masing-masing, posisi buruk di Liga Champions jelas merupakan hal yang mengkhawatirkan.
Bayern kesulitan untuk tampil gemilang sebagaimana yang biasa mereka lakukan pada fase grup model lama. Pada fase grup model lama, juara Eropa enam kali itu memiliki rekor 40 pertandingan tanpa terkalahkan, dengan catatan 36 kemenangan dan empat kali imbang.
Kekalahan terakhir Bayern di fase grup terjadi pada 2017 silam, yakni saat mereka takluk 0-3 dari PSG.
Pada musim ini, selain kekalahan dari Barcelona, klub Katalan itu tampil cukup impresif.
Setelah tidak terkalahkan di Liga Jerman, satu-satunya kekalahan Bayern terjadi saat melawat ke markas Aston Villa di Liga Champions. Pada laga itu, pasukan Vincent Kompany takluk 0-1.
Sedangkan bagi PSG, lolos ke fase gugur secara matematis masih memungkinkan, dan hal itu mungkin akan menjadi beban berat bagi Kompany.
Padatnya agenda sepak bola dapat memberikan intensif nyata untuk finis di delapan besar, dan menghindari putaran playoff tambahan bagi tim-tim yang finis dari posisi kesembilan sampai 24.
Thomas Mueller tahu bahwa PSG, yang masih harus bermain melawan Manchester City, akan berusaha keras untuk memperbaiki penampilan setelah mengawali penampilan di Eropa dengan kurang maksimal.
Baca Juga: Maraknya Klitih di Kota Yogyakarta dan Upaya Mengatasinya