nasional

Kronologi peneliti BRIN AP Hasanuddin ancam bunuh warga Muhammadiyah, yang berbuntut panjang

Selasa, 25 April 2023 | 18:25 WIB
Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi di Kantor DPP PAN, Jakarta, Jumat (17/2/2023). (ANTARA/Melalusa Susthira K)

HARIAN MERAPI - Ancaman membunuh warga Muhammadiyah yang diunggah oleh Andi Pangerang Hasanuddin, dengan namaakun AP Hasanuddin, yang diketahui seorang peneliti astronomi BRIN, berbuntut panjang.

Awalnya AP Hasanuddin memberikan komentar pada tautan yang diunggah peneliti lain BRIN bernama Thomas Jamaluddin soal perbedaan metode penetapan hari Lebaran 2023.

Thomas berkomentar bahwa Muhamamdiyah sudah tidak taat pada keputusan Pemerintah karena menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1444 H berbeda dengan penetapan Pemerintah. Komentar Thomas itu dibalas oleh akun AP Hasanuddin.

Baca Juga: Penjual Es Ditemukan Membusuk di Dalam Kamar Kos di Papringan Depok Sleman, Apa Penyebabnya?

"Saya tak segan-segan membungkam kalian Muhammadiyah yang masih egosentris. Udah disentil sama Pak Thomas, Pak Marufin, dkk, kok masih gak mempan," tulis akun AP Hasanuddin.

Kemudian, AP Hasanuddin juga menulis komentar balasan atas unggahan akun Ahmad Fuazan S.

"Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan!!! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian!!!" tulis AP Hasanuddin dengan huruf besar semua.

Terkait dengan itu, Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi mengutuk komentar yang dilontarkan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di sosial media terkait ancaman kepada warga Muhammadiyah soal perbedaan penetapan Idul Fitri 1444 Hijriah.

Baca Juga: Pelatih Baru PSS Sleman Tinggal Nego Usai Pencoretan Seto Nurdiyantoro, Siapa Dia?

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, Ashabul menilai sikap peneliti astronomi BRIN dengan nama akun AP Hasanuddin itu mendegradasi keilmuan dan merupakan bentuk ujaran kebencian.

"Sebagai Ketua Komisi VIII DPR RI yang membidangi agama dan sosial, saya sangat mengutuk atas setiap sikap dan tindakan atas nama intelektualitas yang mendegradasi satu kebenaran lain sebagai produk dari sebuah metode ilmu yang diakui dengan ujaran kebencian, yang dapat merusak tatanan sosial keagamaan dan kemasyarakatan," kata Ashabul.

Dia menjelaskan bahwa penentuan awal Ramadhan dan bulan Syawal dapat dilakukan dengan dua metode, yakni hisab dan rukyat. Metode itu pun telah mendapatkan legitimasi kuat dalam agama.

Baca Juga: Kampoeng Kuliner Batari Sambut Pemudik Kota Solo saat Libur Lebaran 2023

Sebagai metode yang diakui, tambahnya, maka apa pun produk dan hasil dari kedua metode tersebut merupakan kebenaran dalam tataran ijtihadi.

"Implementasinya akan kembali pada keyakinan yang masing-masing tanpa mendegradasi atau menihilkan pendapat yang lain," katanya.

Halaman:

Tags

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB