HARIAN MERAPI - Ruas jalan lingkar Pasar Wates, Kulon Progo, mendadak heboh, Selasa (11/3/2025). Puluhan pedagang ayam potong menggeruduk dan menggusur paksa lapak Yaya Broiler yang berada di area tenggara pasar. Aparat kepolisian bersama TNI bahkan turun tangan untuk mencegah aksi anarkis para pedagang.
Yaya Broiler merupakan lapak penjualan ayam potong yang belum lama beroperasi di wilayah tersebut. Namun, selisih harga yang diterapkan membuat para pedagang ayam di area dalam Pasar Wates meradang. Mereka beramai-ramai mendatangi lapak tersebut, mengemasi barang dagangan Yaya Broiler serta menggusur paksa lapak tersebut.
"Kami melarang dia berjualan di wilayah Wates karena merusak harga pasar. Setiap kabupaten kan sudah ada standarnya, harga yang dia terapkan itu tidak pantas diberlakukan di sini," tegas salah satu pedagang ayam potong Pasar Wates, Zidni (52).
Baca Juga: THR ASN, PPPK, TNI, Polri dan Pensiunan Cair Mulai 17 Maret, Gaji ke-13 Disalurkan Juni 2025
Dijelaskan Zidni, selisih harga yang ditetapkan Yaya Broiler menimbulkan keresahan di kalangan pedagang ayam Pasar Wates. Sebab, konsumen yang sebelumnya merupakan pelanggan pedagang pasar kemudian beralih ke Yaya Broiler. Zidni bahkan menyebut, para pedagang pasar mengalami penurunan omset penjualan sekitar 50-60 persen semenjak ada Yaya Broiler.
"Kami jual Rp 34.000 - Rp 35.000 per kilogram, per 11 Maret 2025. Dia bisa jual jauh lebih murah, di bawah standar. Kami sempat memberi peringatan agar dia menyesuaikan harga pasar, tapi ternyata masih ngeyel jual di bawah standar, jadi ya kami geruduk saja," tegasnya.
Setiap harinya, masing-masing pedagang ayam di Pasar Wates bisa menjual sekitar 70 ekor ayam, namun menurut Zidni, saat ini penjualan ayam hanya berkisar 25-35 ekor per hari. Meski demikian, ia tidak menampik bahwa penurunan penjualan juga dipengaruhi faktor penurunan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Nekat mencuri ATV gara-gara sakit hati karena dipecat dari pekerjaan
Karyawan Yaya Broiler yang bertugas menjaga lapak tersebut, Tri Wahyudi, menyayangkan aksi para pedagang yang tiba-tiba menggeruduk dan menutup paksa lapaknya. Terlebih saat itu, ia baru saja membuka lapak dengan kondisi dagangan yang masih sangat banyak.
"Persaingan harga itu kan wajar, kenapa mereka tidak terima. Saya baru datang, dagangan masih banyak lalu disuruh tutup dan pindah, kenapa tidak dibicarakan dulu," katanya.
Yudi kemudian mempertanyakan aturan penjualan ayam di wilayah tersebut termasuk penetapan harga dan ketentuan radius dari Pasar Wates. Sebab sebelumnya, ia berjualan di lingkar pasar kemudian didemo pedagang dan sudah ber tempat.
"Saya sudah pindah menjauh, katanya di sini boleh, karena tidak termasuk area pasar, ternyata saya tetap digeruduk," katanya.
Yudi mengaku menjual ayam dengan harga Rp 30.000 - Rp 32.000 per kilogram. Perbedaan harga itu terjadi lantaran juragannya berhubungan langsung dengan peternakan serta membeli dalam jumlah banyak sehingga mendapat harga lebih murah.
"Waktu diprotes awal-awal itu saya sampaikan jalan tengah, saya naikkan harga Rp 2.000 per kilogram, mereka turunkan harga Rp 2.000 per kilogram, supaya selisihnya tidak banyak, tapi mereka tetap tidak mau," ucapnya.