HARIAN MERAPI - Kelompok seni dari Kulon Progo menjadi penyaji terbaik kedua dalam Festival Upacara Adat yang digelar Kundho Kabudayan DIY. Dalam festival ini, Kulon Progo menampilkan Upacara Adat Tingkep Kitri.
Kepala Kundho Kabudayan Kulon Progo, Eko Pranyoto mengatakan, Festival Upacara Adat bukan sekedar perayaan tetapi merupakan moment sakral yang dapat memperkuat tali persaudaraan. Pihaknya mengapresiasi penyelenggaraan acara ini dan diharapkan dapat menjadi upaya pelestarian budaya.
"Upacara adat dapat menggambarkan semangat gotong royong serta menjaga kelestarian budaya dan adat istiadat kita. Sehingga, perlu diwariskan kepada generasi berikutnya," tegas Eko, Minggu (21/7/2024).
Baca Juga: Buntut gangguan Microsoft Windows, Menhub minta maskapai gunakan teknologi canggih
Dalam festival ini, Kulon Progo mendapatkan piagam penghargaan, plakat dan uang pembinaan Rp 14 juta. Sebagai informasi, pada tahun lalu Kulon Progo menjadi juara pertama.
Kulon Progo gagal mempertahankan piala bergilir lantaran pada tahun ini Festival Upacara Adat dimenangkan Kota Yogyakarta yang menampilkan Upacara Adat Ruwatan Sukerta dengan hadiah piagam penghargaan, plakat dan uang pembinaan Rp 15 juta.
Festival Upacara Adat yang digelar Kundho Kabudayan DIY di Lapangan Sentolo Kidul, Sentolo, Kulon Progo, Sabtu (20/7/2024) itu membuat lima kabupaten/ kota di DIY berebut menjadi penyaji unggulan.
Di bawah Kulon Progo, Bantul menjadi penyaji unggulan ketiga dengan judul Upacara Adat Baritan Praon Cawan, Gunungkidul di posisi keempat dengan judul Upacara Adat Nyadran Sendang Logantung, serta terakhir Sleman di posisi kelima dengan judul Upacara Adat Mundut Tirtowening Sumur Tiban Dusun Kentingan.
Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni, Kundho Kabudayan DIY, Yuliana Eni Lestari Rahayu mengatakan, Festival Upacara Adat tahun 2024 mengambil tema Kridho Manunggaling Roso. Festival ini diawali dengan workshop pada 26 Juni 2024.
"Lima kabupaten/ kota se-DIY menjadi peserta festival dengan menunjukkan kreativitas masing-masing," kata Yuliana.
Ia menguraikan, masing-masing kelompok terdiri dari 40 orang dengan penyajian selama 20-30 menit menggunakan iringan langsung. Sejumlah tokoh kemudian ditunjuk menjadi juri festival ini.
Mereka berasal dari kalangan akademisi dan budayawan yakni Gandung Jatmiko, Daruni, Untung Waluya, Bugiswanto dan Kuswarsantyo.
"Kriteria penilaiannya meliputi kontekstual budaya, kreativitas dan simbol upacara adat," jelasnya.