Bagaimana Siasati Harga Pakan Ikan yang Dirasa Mahal?

photo author
- Minggu, 29 Agustus 2021 | 19:34 WIB
           Sukadi saat memberi pakan hasil mencari alam di kolam miliknya. (Foto: Sulistyanto)
Sukadi saat memberi pakan hasil mencari alam di kolam miliknya. (Foto: Sulistyanto)

harianmerapi.com - Harga pakan okan buatan pabrik sering dianggap mahal oleh para petani ikan. Bagaimana solusinya?

Menurut Sukadi, salah satu solusinya cukup rutin diberi pakan-pakan dengan mencari di alam. Hal ini telah dilakukan untuk ikan yang dipelihara di kolamnya yang biasa dicampur, yaitu ada nila merah, bawal dan kadang ditambah patin.

“Saya termasuk yang merasakan untuk membeli pakan ikan buatan pabrik termasuk mahal. Harga pakan ikan biasa selalu naik, sangat jarang ada penurunan harga,” jelas Sukadi saat ditemui di dekat kolamnya, Minggu (29/8/2021).

Baca Juga: Entog Jadi Satwa Hobi, ke Depan Diharapkan Ada Kontes

Menurutnya, pemberian pelet cukup dilakukan ketika bibit ikan dipelihara sekitar dua bulan. Satu kolam ukuran 110 cm x 700 cm biasa diisi bibit ikan bawal 15 kilogran dan nila merah 10 kilogram (bibit nila merah, biasanya dalam satu kilogram berisi 60-80 ekor).

Jika ditambah ikan patin, biasanya cukup 100 ekor. Sedangkan jenis pakan yang dicari di alam alias pakan-pakan alami, misalnya beberapa jenis rumput yang disenangi ikan dan mayoritas yang berdaun muda.

Selain itu juga bisa dicarikan kangkung liar, mata iwak, daun singkong, daun talas dan daun pepaya.

Baca Juga: Pendakian Gunung Ciremai Kembali Dibuka Untuk Semua Jalur

Ikan nila merah di tempatnya biasa dipanen kisaran empat bulan setelah tebar bibit ikan. Sedangkan ikan bawal dan patin ketika dipelihara empat bulan biasanya belum layak ukuran konsumsi, sehingga tak ikut dipanen dan empat bulan kemudian baru bisa dipanen.

Artinya, jika nila merah bisa dipanen dua kali, sedangkan bawal dan patin satu kali. Bawal dan patin dalam satu kilogramnya berisi dua ekor atau malah satu ekor, baru ideal dipanen. Selain untuk konsumsi juga cocok untuk pemancingan.

“Nila merah yang belum layak ukuran konsumsi juga biasa tak dibeli oleh bakul atau ditinggal untuk saya besarkan lagi,” terangnya.

Baca Juga: Lomba Nyanyi Virtual Kedalingan Jaya, Cara Jitu Jalin Komunikasi Warga

Ditambahkan Sukadi, ia merasa bersyukur, meski banyak diberi pakan alami atau mencari di alam dan tak membeli pelet buatan pabrik, ia bisa rutin panen. Kebetulan juga saluran irigasi di tempat kolamya juga bagus atau lancar.

Sedangkan usaha jahitnya bersama istri, sejak ada pandemi Covid-19 banyak mengalami penurunan omzet. Antara lain, saat tahun ajaran baru tak ada pelajar membuat seragam baru, bahkan menjelang Lebaran, banyak juga masyarakat yang tak membuat baju/pakaian baru.

“Alhamdulillah, memelihara ikan bisa untuk tambah-tambah rezeki,” imbuhhnya. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Rekomendasi

Terkini

800 Kicau Mania Ramaikan Festival Kajari Sleman Cup 2025

Minggu, 30 November 2025 | 21:30 WIB
X