Pada prosedur transplantasi ginjal, ada dua operasi yang dilakukan dan memerlukan donor serta resipien. Syarat menjadi donor, salah satunya memiliki golongan darah sama dengan penerima. Namun, dengan pengembangan keilmuan sebenarnya golongan darah berbeda pun bisa ditransplankan dengan menambah biaya untuk menghilangkan antibodinya. Selain biaya, risiko penolakan juga lebih besar.
“Menyumbangkan ginjal agar bisa dipakai hanya bisa satu, cocok dulu. Enggak bisa kita tiba-tiba dapat ginjal dipakai. Kalau ditolak, yang dapat pun jadi meninggal, tadinya hidup. Tidak akan ada rumah sakit yang menerima ginjal tak jelas untuk dipakai,” kata Rasyid yang juga menekankan prosedur transplantasi harus dikerjakan oleh ahlinya di rumah sakit.
Transplantasi ginjal sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1977, namun baru berkembang pesat pada tahun 2011 dan sampai saat ini telah dilakukan lebih dari 1.200 kasus.
Tindakan ini pun mengalami berbagai kemajuan dalam bidang medis dan bedah. Awalnya, prosedur dilakukan dengan memasukkan alat laparaskopi melalui rongga perut (peritoneum dimana terdapat usus dan organ-organ lain), kemudian membuka ruangan belakang tempat ginjal berada.
Baca Juga: Tujuh hal yang harus dihindari saat berkencan, nomor 6 bisa nyakiti hati
Menurut Rasyid, sejak 2018 dikembangkan teknik baru, laparaskopi langsung ke lokasi ginjal (retroperitoneal), hal ini membutuhkan keterampilan yang lebih baik dari operator, namun memberikan keuntungan, yaitu komplikasi yang lebih rendah bagi pendonor.
Penyakit ginjal kronik yang awalnya tak bergejala dan tak diobati dapat berujung gagal ginjal. Saat ini, transplantasi ginjal masih dikatakan sebagai terapi terbaik untuk menanganinya. Namun, prosedur ini hanya bisa dilakukan oleh ahlinya di rumah sakit.*