Kisah Mahasiswa UGM Kembangkan Syncrom, Alat Pendeteksi Kerumunan Cegah Penularan Covid-19

photo author
- Kamis, 5 Agustus 2021 | 20:41 WIB
Sejumlah mahasiswa UGM yang mengembangkan Syncrom saat berfoto bersama. (Foto: Istimewa)
Sejumlah mahasiswa UGM yang mengembangkan Syncrom saat berfoto bersama. (Foto: Istimewa)

SEKELOMPOK pemuda terlihat sibuk memantau suasana di sebuah pusat perbelanjaan di Yogyakarta. Mereka sesekali mengutak-atik alat khusus serta menatap layar laptop yang dibawa. Alat itu bukan alat biasa. Mereka menamai alat itu Syncrom.

Adalah Zulfa Andriansyah dan keempat rekannya M Ihsanur Adib, Wahyu Afrizal Bahrul Alam, Malik Al-Aminullah Samansya, dan Najmuddin Muntashir ‘Abdussalam, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) memiliki ide mengembangkan Syncrom, sebuat alat yang mampu mendeteksi kerumunan guna mencegah penularan Covid-19.

“Sistem yang kami kembangkan ini dapat mendeteksi adanya kerumunan sekaligus menampilkan informasi kapan dan di mana kerumunan terjadi,” buka ketua tim peneliti, Zulfa Andriansyah, Rabu (4/8).

Baca Juga: UGM Terima 9.210 Mahasiswa Baru, Rektor Panut: Kalian Adalah Gadjah Mada Muda Unggul, Terbaik dan Terpilih

Zulfa mengutarakan, Syncrom adalah kepanjangan dari System of Detection and Crowd Mapping. Alat ini dibuat berbasis berbasis Deep Learning dan WebGIS. Dengan begitu, melalui sistem ini dapat mendeteksi adanya kerumunan dengan menyajikan infromasi jumlah massa dan menampilkan visualisasi kondisi di lapangan baik waktu dan tempat terjadinya kerumunan secara near realtime (mendekati realtime).

“Dengan platform ini sistem pemantauan bisa dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam. Data terus diupdate setiap 30 detik,” terang mahasiswa Fakultas Geografi UGM ini.

Bersama M Ihsanur Adib jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh, Wahyu Afrizal Bahrul Alam (Teknologi Informasi), Malik Al-Aminullah Samansya (Teknik Nuklir), dan Najmuddin Muntashir ‘Abdussalam (Teknik Industri), mereka mendesain Syncrom di bawah bimbingan Dr Taufik Hery Purwanto MSi. Purwarupa ini lahir lewat Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) tahun 2021 yang memperoleh dana hibah pengembangan sebesar Rp 9 juta dari Kemdikbudristek.

Baca Juga: Berapa Biaya Program Bayi Tabung di Indonesia, Berikut Hasil Penelitian Mahasiswi UGM

Ia menambahkan dalam sistem ini juga dilengkapi dengan fitur peringatan dini adanya kerumunan. Peringatan adanya kerumunan di lokasi terdeteksi akan disampaikan melalui pengeras suara secara otomatis.

Syncrom bisa mendeteksi kerumunan melalui input data visual yang diproleh melalui CCTV lewat web cam yang terhubung dengan komputer lokal yang sebelumnya telah diprogram dengan deep learning untuk mendeteksi keberadaan manusia dan memprediksi kerumunan di suatu lokasi diteruskan ke sistem untuk dianalisis. Setelah itu, hasil data dikirimkan ke WebGIS dalam bentuk informasi terkait lokasi, waktu, dan jumlah kejadian kerumunan yang berada di satu lokasi terpantau CCTV.

“Jika data yang muncul menunjukkan adanya kerumunan maka voice alert akan berbunyi untuk memberikan peringatan,” jelasnya.

Baca Juga: Terkendala Ewuh Pakewuh, Satpol PP DIY Kesulitan Tegakkan Protokol Kesehatan di Tingkat RT

Nantinya, mereka juga akan menambahkan fitur berupa text alert untuk mempermudah petugas dalam pemantauan. Misalnya, ketika petugas sedang tidak berada di ruang kontrol tetap dapat menerima informasi melalui SMS atau telegram apabila terjadi kerumunan.

“Saat ini belum ada produk yang mengintegrasikan deteksi kerumunan dengan pemetaan yang juga disertai dengan adanya peringatan dini. Biasanya deteksi kerumunan dengan memakai sensor proximity menggunakan perangkat pengguna seperti smart phone,” terangnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Rekomendasi

Terkini

X