harianmerapi.com – Kung mania atau penggemar burung perkutut banyak yang berharap, tahun depan sudah tak ada lagi pandemi Covid-19, sehingga lomba perkutut tingkat nasional dapat kembali rutin digelar.
Apalagi sejak pandemi telah melandai, akhir-akhir ini, beberapa lomba perkutut dengan peserta dari beberapa daerah sudah mendapat izin untuk bisa dilaksanakan. Sebagian kung mania pun sudah antusias menyiapkan perkutut-perkutut berkelas atau mempunyai banyak keunggulan terutama di kualitas suara dan rajinnya bersuara.
Seperti halnya Khairudin Deky yang tinggal di area persawahan kawasan Sidoarum Sleman, sudah menyiapkan kisaran 10 ekor perkutut berkelas, sebagian sudah sering juara lomba maupun latihan bersama. Perkutut kualitas lomba ini pun dirawat dengan perlakuan khusus seperti jenis pakan sampai air untuk memandikan.
Baca Juga: Manfaat Ikan Cakalang untuk Mencegah dan Melawan Reumatik
“Semua perkutut di tempat saya, pakan hariannya cukup campuran milet putih dan gabah Bangkok. Tapi perkutut berkelas yang layak dilombakan ada pakan khusus. Pemberian pakan khusus ini saya lakukan tiga hari menjelang lomba,” ungkap Udin, akhir pekan lalu.
Pakan khusus yang dimaksud, misalnya ada milet hitam asal Thailand dan otek lokal. Ia mendapatkan milet hitam berasal dari kung mania di DKI Jakarta, sedangkan otek lokal dari Wonosari. Kedua jenis biji-bijian yang cukup langka di pasaran ini, diyakininya mampu mendukung perkutut kelas lomba bisa ‘bekerja’ dengan lebih baik saat dilombakan.
Udin yang juga sebagai pengurus Persatuan Pelestari Perkutut Indonesia (P3SI) Pusat serta pemilik Adiraya Bird Farm ini menambahkan, salah satu perkututnya yang bernama Celtic, pekan lalu, menjadi juara 13 lomba pekutut Kelas Dewasa Lawang Sewu Cup di Semarang. Pesertanya kung mania dari beberapa daerah dan membawa perkutut-perkutut berkualitas yang dimiliki.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini 3 Oktober 2021: Orang Dekat Libra Punya Perasaan yang sama
“Sebelum di Semarang, Celtic berhasil menjadi juara I Kelas Dewasa lomba perkutut Ahlen Karanggayam #3 di Sleman,” ungkap Udin.
Pada kelas yang sama, perkutut kualitas lomba lainnya yang dibawa, yaitu bernama Juventini menjadi juara lima. Sedangkan perkutut legendaris yang dimiliki dan pernah langganan juara bernama Panglima Muda lebih banyak untuk ditangkarkan. Ketika perkutut jawara ditangkarkan, peluang mendapatkan perkutut-perkutut berkelas atau berkualits juga bisa lebih banyak.
Menurutnya, piyik atau anakan perkutut biasa sudah disapih induknya pada umur kisaran 40 hari. Lalu pada umur kisaran dua bulan sudah bisa dipantau kualitas suaranya. Sehingga wajar piyik umur dua sampai tiga bulan sudah bisa dibawa di latihan bersama. Setelah berumur empat bulan dapat diikutkan lomba perkutut pada Kelas Hanging.
Baca Juga: Kesaktian Syekh Maulana 5: Tongkat Ditancapkan Tumbuh Menjadi Pohon Kendalen
“Perkutut berkelas atau biasa diikutkan lomba, di tempat saya jadwal dimandikan seminggu sekali. Bisa Rabu atau Kamis, sedangkan lomba perkutut biasa dilaksanakan Minggu ataupun Sabtu,” tambahnya.
Adapun air untuk memandikan perkutut, ia menggunakan hasil rebusan air bersih yang ditambah serai, sirih dan bawang merah. Setelah mendidih lalu diangkat dan digunakan untuk memandikan perkutut dalam keadaan masih hangat. Selanjutnya disaring dan air hasil penyaringan bukan disemprotkan ke perkutut, namun dengan cara dipegang. Dengan rutin dimandikan antara lain menjadikan perkutut tampil segar, jinak serta menghindarkan adanya kutu di bulu-bulu perkutut.*