Jangan Lakukan 'Self-Diagnosis'. Sangat Berbahaya Jika Tidak Mendapatkan Penanganan Yang Tepat

photo author
- Jumat, 10 September 2021 | 18:22 WIB
Ilustrasi  (I (Pexel))
Ilustrasi (I (Pexel))

JAKARTA, harianmerapi.com - Seseorang tidak bisa melakukan self-diagnosis atau mendiagnosa diri sendiri, sekalipun secara umum depresi memiliki gejala yang sama bagi semua orang di berbagai kalangan usia. Sebab hal itu berbahaya jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

"Menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu dan jika kekhawatiran memburuk maka dapat mengembangkan gangguan kecemasan," kata psikolog dari Universitas Indonesia Kasandra A. Putranto, Jumat (10/9/2021).

Kasandra menyatakan, mendiagnosa diri sendiri juga dapat membuat seseorang tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Bahkan, masalah lain yang bisa saja lebih serius menjadi tidak terdiagnosis karena terlalu fokus pada penyakit atau gangguan yang belum tentu diderita.

Baca Juga: ICW Siap Hadapi Laporan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko Terkait Pernyataan Soal 'Pemburu Rente'

"Dengan mendiagnosa diri dengan penyakit atau gangguan yang tidak tepat, dia akan mencari treatment yang tidak tepat pula. Hal itu juga bisa menyebabkan masalah lain tidak terdiagnosis, misalnya dia tidak sadar kalau punya komorbid," ujar Kasandra.

Oleh karena itu, Kasandra mengatakan pentingnya menghindari self-diagnosis dengan langsung konsulitasi kepada psikolog atau psikiater dan menyampaikan keluhan yang dirasakan agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

"Boleh riset dari sumber terpercaya, namun jangan terpaku pada satu jawaban dan tetap konsultasi pada orang yang tepat," kata Kasandra.

Baca Juga: Basarnas Nias Evakuasi 35 Awak Kapal Setia Abadi Yang Terbakar di Perairan Samudera Hindia

Ada pun tanda-tanda seseorang harus segera menemui psikiolog atau psikiater adalah ketika sudah mengalami kesulitan dalam mengontrol emosi dan tidak dapat bekerja atau melaksanakan tanggung jawab dengan efektif, mengalami gangguan pada pola tidur dan nafsu makan, mengalami trauma, tidak lagi menikmati aktivitas yang biasanya disukai, atau merasa kesulitan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.

"Kemudian juga saat sedang berduka atau merasa ingin memperbaiki diri tetapi tidak tahu bagaimana cara memulainya," tambah Kasandra.

"Apalagi ketika individu sudah menggunakan obat-obatan atau seks sebagai cara coping, silakan konsultasi," pungkasnya.*

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X