lifestyle

Perpustakaan Mampu Cegah Hoaks dan Plagiarisme, Ini Alasannya

Selasa, 14 September 2021 | 11:59 WIB
Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Yosi Mokalu . ( ANTARA/HO Kominfo)

JAKARTA, harianmerapi.com - Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Yosi Mokalu mengingatkan pentingnya peran perpustakaan dalam meningkatkan literasi digital untuk mencegah hoaks dan plagiarisme.


Menurutnya, perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang valid, sehingga perannya sangat strategis menangkal hoaks dan plagiarisme.

"Perpustakan itu kan tempat yang di dalamnya terdapat banyak informasi yang sudah disaring dan dapat dikategorikan valid," ujar Yosi yang juga dikenal sebagai salah satu anggota grup musik Project Pop, kepada ANTARA, Selasa (14/9/2021).

Baca Juga: Sandiga Uno: Subsektor Kuliner Beri Kontribusi Pendapatan Negara Hingga 42 Persen

Menurutnya, era digital seperti sekarang ini sangat rentan membuat masyarakat mendapatkan informasi yang belum jelas kebenarannya atau bahkan palsu alias hoaks, karena tak sedikit situs atau media yang hanya mementingkan kecepatan atau untuk kepentingan tertentu.

"Mereka bersaing memberikan kecepatan informasi. Nah, kecepatan memberikan informasi ini kadang-kadang ada yang kepeleset. Misalnya, beritanya apa, fotonya siapa, beda. Walau narasinya benar, tapi fotonya salah, kan tetap harus direvisi," tutur Yosi.

Oleh karena itu, menurut Yosi, perkembangan teknologi digital saat ini memiliki kelemahan yang perlahan dapat membunuh kebenaran informasi.

Baca Juga: Armand Maulana Nilai Sosialisasi Vaksinasi yang Dilakukan Pemerintah Belum Efektif

"Jadi harus dimengerti bahwa kelemahan teknologi digital ini bisa membunuh kebenaran secara perlahan," imbuhnya.

"Dan orang harus tetap waspada dengan mencari informasi yang valid. Menurut saya salah satunya di perpustakaan," lanjutnya.

Selain mencegah hoaks, Yosi mengatakan perpustakaan juga dapat menekan plagiarisme apalagi jika sudah didigitalisasi.

Baca Juga: DPR Akan Perjuangkan Dana Pensiun untuk Atlet, Tak Cukup Hanya Diberi Bonus

Menurutnya, perpustakan digital akan memudahkan masyarakat untuk melihat apakah sebuah tulisan yang akan dibuat benar-benar baru atau justru sudah ada sebelumnya. Berbeda dengan perpustakaan konvensional yang memerlukan usaha ekstra untuk mendatanginya satu per satu.

"Kalau konvensional kan kita masih mencari sendiri penelitian yang bisa jadi referensi dan supaya tidak membuat penelitian yang sudah dibuat sebelumnya, misalnya. Kalau secara digital kan mudah, tinggal masukkan kata kunci," kata Yosi.

Halaman:

Tags

Terkini