Astri menyampaikan bahwa setiap pihak juga tidak boleh lupa jika membangun kepercayaan pada AI tidak hanya menjadi tantangan dari sisi teknologi tetapi juga aspek manusia.
"Perlu adanya inovasi dengan transparansi, desain yang berpusat pada manusia, kemitraan lintas sektor yang mendalam, dan kerangka regulasi yang jelas, kita dapat membangun sistem layanan kesehatan yang lebih cerdas dan tangguh," katanya.
Ia mengatakan bahwa sebenarnya tenaga kesehatan maupun pasien di Indonesia menyatakan keyakinan yang kuat terhadap potensi AI untuk meningkatkan layanan kesehatan.
Menurut hasil survei yang pihaknya lakukan, optimismenya melampaui rata-rata di APAC dan global yakni sebesar 84 persen tenaga kesehatan dan 74 persen pasien menganggap AI dapat meningkatkan layanan kesehatan.
Baca Juga: Momen Haru Anak Binaan LPKA Yogyakarta Membasuh Kaki Orang Tua di Peringatan HAN 2025
Di antara mereka, 85 persen tenaga kesehatan mengatakan analitik prediktif berteknologi AI dapat membantu menyelamatkan nyawa dengan memungkinkan intervensi dini, dan 73 persen percaya teknologi digital akan mengurangi rawat inap di masa mendatang.*