lifestyle

Waspadai penipuan lewat CS palsu, begini cara mencegahnya

Senin, 21 Juli 2025 | 12:30 WIB
Arsip foto - Konsumen mengakses kanal Pusat Penanganan Penipuan Transaksi Keuangan (IASC) di Wisma Mulia 2, Jakarta, Senin (2/12/2024). (ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)



HARIAN MERAPI- Belakangan ini marak penipuan melalui customer service atau CS palsu, masyarakat diimbau hati-hati.


Masyarakat diimbau menjaga data pribadi dan tidak gampang memberikan kepada orang yang belum dikenal.


Peringatan tersebut disampaikan Asosiasi Pengusaha TIK Nasional (APTIKNAS) melalui Ketua Komite Tetap Kewaspadaan Keamanan Siber Alfons Tanujaya di Jakarta, Minggu.

Baca Juga: Begini cara mencegah anak tantrum tak mau mengakhiri waktu mandi, simak nasihat psikolog


Ia mengingatkan masyarakat untuk selalu mengecek ulang nomor CS sebelum menghubungi dan tidak sembarangan memberikan data pribadi.

Sebab ketika mencari nomor kontak CS sebuah layanan, misalnya bank atau maskapai penerbangan, tak jarang ditemukan nomor kontak palsu. Alfons mengatakan pelaku kejahatan siber memang sengaja menebar nomor CS palsu pada situs-situs yang mudah ditemukan.

“Aksi ini sudah memakan korban dengan kerugian puluhan juta rupiah dan semoga ini bisa menjadi perhatian pihak berwenang, dan masyarakat ekstra hati-hati jika ingin menghubungi CS layanan, pastikan menghubungi nomor yang benar dan jangan sampai menghubungi nomor penipu yang memang sengaja ditebarkan menunggu korbannya terjerat,” ujar Alfons.

Saat menghubungi nomor CS palsu, korban biasanya diarahkan ke situs palsu yang menawarkan layanan seperti refund (pengembalian dana), perubahan jadwal penerbangan, check-in (lapor diri) online, hingga layanan tambahan lainnya.

Baca Juga: Khamim Zarkasih isi Pengajian Rutin Ahad Pagi di Masjid Husnul Khotimah Kledungkradenan, Banyuurip, Purworejo, Jawa Tengah

Pada situs phishing tersebut, biasanya terdapat beberapa data yang harus diisi seperti nama akun, nomor PIN sampai one-time passowrd (OTP).

Alfons menjelaskan pelaku kejahatan siber memanfaatkan kelengahan atau rasa panik seseorang karena membutuhkan bantuan untuk menguras uang korban.

“Kapan seseorang rentan kena rekayasa sosial? Ketika membutuhkan bantuan, panik, dan kewaspadaan turun, celakanya penolong yang datang menghubungi bukan malaikat penolong melainkan penguras saldo bank,” kata Alfons.

Alfons juga melihat penjahat siber memanfaatkan celah pada sistem internet banking, salah satunya ialah ketika mengirimkan uang dengan metode transfer virtual account (VA/rekening virtual).

Baca Juga: Kelakar Prabowo Sebut Grace Natalie Nyaris Jadi Kader Gerindra

Saat mengirimkan uang dengan internet banking, bank biasanya meminta pengguna untuk memasukkan OTP login dan OTP challenge (OTP tambahan sebelum autentikasi permintaan). Namun, pada beberapa kasus, transfer melalui VA hanya memerlukan OTP login.

Halaman:

Tags

Terkini