HARIAN MERAPI - Dalam setiap kesempatan berdialog dengan adik-adik remaja, selalu saya tekankan bahwa sebenarnya mereka baik-baik saja dan tidak nakal, apalagi dikatakan agresif.
Kalau selama ini yang selalu dituding sebagai biang keladi keonaran dan kebrutalan sosial adalah remaja, lebih dikarenakan pemegang otoritas dalam masyarakat adalah orang tua.
Kalau orang tua siap melakukan muhasabah/introspeksi diri, agresivitas yang dilakukan orang tua sebenarnya jauh lebih kompleks dan berbahaya dibandingkan dengan agresivitas yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja.
Baca Juga: Gencar Bantuan RTLH, Pemkab Sukoharjo Bantu Sediakan Rumah Layak Huni Warga
Agresivitas remaja adalah perilaku agresif yang ditunjukkan oleh remaja, yang dapat berupa perilaku fisik, verbal, atau emosional, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
(1) Perubahan hormonal. Perubahan hormonal selama masa pubertas dapat mempengaruhi emosi dan perilaku remaja,
(2) Lingkungan sosial. Lingkungan sosial, seperti keluarga, teman, dan media, dapat mempengaruhi perilaku agresif remaja,
(3) Stres dan frustrasi. Remaja yang mengalami stres dan frustrasi dapat menunjukkan perilaku agresif sebagai cara untuk mengatasi perasaan negatif, dan
Baca Juga: Jaminan Perlindungan Sosial, 860 Relawan SAR Sukoharjo Tercover BPJS Ketenagakerjaan
(4) Kurangnya kontrol emosi. Remaja yang belum memiliki kontrol emosi yang baik dapat menunjukkan perilaku agresif ketika mereka merasa marah atau kesal.
Untuk melakukan pendekatan terhadap permasalahan agresivitas remaja ini, dapat diterapkan berbagai pendekatan atau perspektif; yaitu pendekatan humanistis, sosiologis, psikologis, dan yuridis.
Pendekatan humanistis merupakan refleksi psikologi-eksistensialis, yang menerapkan pendekatan fenomenologis dalam mencandra tingkah laku seseorang, termasuk di dalamnya remaja.
Orang tua dituntut untuk mampu memasuki dunia remaja itu sendiri untuk melihat dinamika kehidupan mereka.
Dalam kaitannya dengan agresivitas remaja, manakala menggunakan pendekatan humanistis ini, pertama-tama harus difahami terlebih dahulu bagaimana pandangan atau persepsi remaja itu sendiri mengenai apa yang dilakukannya itu.