Pelaku industri farmasi bisa menerapkan pendekatan Reduce, Reuse, and Recyle untuk meminimalkan timbulan limbah.
Industri dapat mengurangi penggunaan bahan kimia, menggunakan kembali bahan-bahan yang memungkinkan untuk digunakan ulang, serta mengolah limbah untuk meminimalkan risiko pencemaran lingkungan.
Selain itu, penting pula untuk menggunakan sumber energi baru dan terbarukan yang lebih ramah lingkungan dalam upaya pengembangan dan produksi obat-obatan.
Lembaga pendidikan, Ilma menjelaskan, bisa memperkenalkan prinsip farmasi hijau kepada civitas academica sebagaimana yang telah diterapkan di Sekolah Farmasi Kelompok Keahlian Farmakokimia ITB.
Prinsip farmasi hijau bisa dikenalkan melalui pengajaran mata kuliah Farmasi Lingkungan, Analisis Keamanan Pangan, Analisis Instrumen Padatan, serta Pengembangan Produk dan Analisis Halal.
"Jadi, mata kuliah-mata kuliah yang bisa disampaikan membuat mahasiswa nantinya jadi lebih aware terhadap lingkungan," kata Ilma.
Ilma menyampaikan bahwa prinsip farmasi hijau dapat diterapkan dengan dukungan regulasi mengenai pengelolaan limbah dari industri farmasi.
Menurut dia, pemerintah juga dapat membuat dan menguatkan standar tentang kesehatan lingkungan untuk mendukung praktik berkelanjutan dalam kegiatan industri farmasi.
Ilma mengemukakan bahwa masyarakat umum perlu pula memahami prinsip farmasi hijau, karena pada akhirnya mereka yang akan menggunakan produk-produk industri farmasi.
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) telah melaksanakan gerakan DAGUSIBU untuk menekan limbah obat-obatan.
DAGUSIBU merupakan singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang. Gerakan ini ditujukan untuk mengedukasi masyarakat mengenai praktik untuk mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat secara cara yang tepat dan aman.
Kalau pihak-pihak terkait berkolaborasi dan menjalankan perannya dengan baik, Ilma yakin penerapan prinsip farmasi hijau bisa mendatangkan banyak manfaat bagi lingkungan dan masyarakat.
"Kebanyakan orang berpikir, era teknologi itu pasti harus menggunakan alat canggih. Tapi alat canggih itu akhirnya menggunakan bahan yang mahal dan tidak ramah lingkungan," kata Ketua Darma Wanita Kementerian Komunikasi dan Digital itu.