lifestyle

Ini bahayanya terkena paparan gawai sejak dini, anak bisa terkena autisme virtual, ikuti saran dokter

Kamis, 17 April 2025 | 11:30 WIB
Pelatihan penanganan autis (Foto: Arif Zaini Arrosyid)



HARIAN MERAPI - Orang tua tak boleh lengah mengawasi anaknya bermain gawai.


Menurut dokter, paparan gawai sejak dini dapat mengakibatkan anak terkena autisme virtual.


Demikian diingatkan dokter spesialis anak dr. Amanda Soebadi, Sp.A, Subsp.Neuro.(K), M.Med dalam webinar yang dipantau secara daring di Jakarta, baru-baru ini.

Baca Juga: Pembunuhan sopir taksi online tergolong sadis, pelaku layak dihukum mati

Ia mengungkapkan bahwa anak usia 1-3 tahun yang sering menggunakan gawai secara berlebihan bisa menyebabkan pola perilaku yang mirip autisme, namun, bukan autisme, yang disebut autisme virtual.

“Ini istilah betulan yang ada di literatur, pola perilakunya mirip autisme,” kata dokter spesialis anak lulusan FK UI ini .


Autisme virtual menyebabkan anak mengalami gangguan kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif dan perilaku yang tidak lazim. Meskipun intensitas gejala autisme virtual bisa sampai memenuhi kriteria diagnosis autisme, namun, ia berbeda dengan autisme.

Jika paparan gawai dikurangi, gejala bisa membaik secara cepat, seperti kontak mata saat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi wajah. Amanda menambahkan bahwa anak usia 1-3 tahun yang terpapar gawai bisa mengalami kekurangan pengalaman komunikasi dan pengalaman sosial yang sebenarnya.

Baca Juga: Harga Emas di Pegadaian Meroket, Tembus Rp2,004 Juta Per Gram!

“Dia bisa menunjukkan perilaku autisme kalau misalnya dipanggil tidak merespon, kontak matanya kurang, ekspresi wajah kurang atau tidak sesuai. Itu karena kurang atau salah stimulasi,” ujar Amanda.

Jika anak dengan autisme virtual menunjukkan perubahan setelah mengurangi penggunaan gawai, kondisi yang berbeda terjadi pada anak dengan autisme. Dia memiliki preferensi terhadap sifat berulang yang ada pada permainan gawai sehingga bisa memuaskan kecenderungan keinginan melakukan hal yang berulang atau repetitif.

Meskipun penggunaan gawai sudah dikurangi, sifat autistik tersebut tetap ada.

“Perilaku autistik masih akan tetap ada walau gawai itu sebagai faktor lingkungan bukan sebagai modifier (pengubah). Bisa saja anak dengan autisme ini mungkin perilaku ada perbaikan sedikit, tapi, sifat autistik masih akan tetap ada,” kata Amanda.

Baca Juga: Lurah Trihanggo Ditahan Kejari Sleman Terkait Tanah Kas Desa, Ini Reaksi Bupati Sleman Harda Kiswaya

Amanda juga mengatakan faktor genetik berperan penting sebagai penyebab autisme. Seseorang memiliki risiko sembilan kali lebih besar ketika dia memiliki saudara kandung yang mengalami gangguan spektrum autisme (GSA).*

Tags

Terkini