lifestyle

Lima konsep diri yang harus diketahui remaja agar tidak menikah dini

Rabu, 9 Oktober 2024 | 10:30 WIB
Ilustrasi - Sejumlah siswi menunjukkan poster kampanye Gerakan Stop Perkawinan Anak. Indonesia menjadi negara dengan tingkat perkawinan anak tertinggi ke-7 di dunia. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)



HARIAN MERAPI - Ini penting bagi para remaja untuk tidak tergesa-gesa menikah.


Menikah dini akan menimbulkan banyak persoalan di kemudian hari.


Demikian diingatkan psikolog klinis anak dan remaja Reti Oktania M.Psi saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa malam.

Baca Juga: Israel menyasar rumah sakit dan mengancam paramedis, 3 rumah sakit di Gaza utara, termasuk RS Indonesia diperintahkan dievakuasi.


Ia mengatakan bahwa remaja tidak dianjurkan untuk menikah di usia dini karena mereka perlu mengenali lima konsep diri masing-masing, mulai dari kompetensi skolastik hingga tingkah laku sebagai bekal mereka menuju tahap dewasa nanti.

"Kenapa anak usia remaja tidak dianjurkan menikah? Karena di usia tersebut, tugas mereka adalah mengembangkan konsep diri yang positif," kata Reti

Psikolog lulusan Universitas Indonesia itu menambahkan anak remaja harus tahu dirinya memiliki kompetensi di mana sehingga ada lima konsep diri (yang harus mereka ketahui dan kembangkan).

 Baca Juga: Bantul raih penghargaan SAKIP Award 2024 dari Kementerian PANRB RI, berikut capaiannya

Terdapat lima konsep diri yang perlu diketahui dan dikembangkan anak serta remaja untuk membantu mereka di tahap dewasa nanti, yaitu kompetensi skolastik, penerimaan sosial, kompetensi atletik, penampilan diri, dan tingkah laku.

"Ketika remaja telah menginjak usia dewasa, mereka sudah siap untuk bertanggung jawab atas pilihan masing-masing, termasuk menikah, karena sudah dibekali dengan lima konsep diri yang telah dilakukan sebelumnya," ujarnya.

Sebaliknya, remaja yang melakukan pernikahan dini umumnya belum mengenali konsep diri mereka dengan tepat, sehingga berdampak saat mereka telah menjadi orang tua.

"Otak depan manusia baru matang di usia 24 atau 25 tahun, otak depan itu berfungsi sebagai decision making untuk mengambil keputusan bertanggung jawab, makanya banyak orang tua yang belum siap, tapi sudah punya anak (salah satunya karena pernikahan dini)," kata psikolog yang tergabung dalam Ikatan Konselor Menyusui Indonesia itu.

Baca Juga: Mimpi Maarten Paes Bisa Main di Piala Dunia 2026

"Kalau dia menikah (di usia dini), dia nggak punya lagi kesempatan olahraga, main sama teman sebayanya karena langsung dikasih tugas menikah," sambungnya.

Ada dua faktor utama terjadinya pernikahan dini baik pada remaja maupun anak, yaitu masalah ekonomi dan kurangnya akses pendidikan. Di Indonesia, kasus pernikahan dini masih banyak terjadi, terutama di pelosok daerah karena dua masalah utama di atas.

Halaman:

Tags

Terkini