HARIAN MERAPI - Kecubung kini tak lagi digunakan sebagai obat tradisional. Mengapa ?
Karena efek sampingnya berbahaya, bahkan bisa bikin orang ketagihan. Malahan kecubung digolongkan sebagai tanaman beracun.
Demikian disampaikan Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Baca Juga: Polres Sukoharjo Gelar Operasi Patuh Candi hingga 28 Juli 2024, Awas Kena Tilang Elektronik
Ia menyatakan bahwa kecubung sudah tidak digunakan lagi sebagai salah satu obat tradisional karena efek sampingnya yang berbahaya.
“Sekarang ini, kecubung tidak dianjurkan lagi sebagai obat tradisional dan digolongkan sebagai tanaman beracun,” kata Ketua PDPOTJI.
Menanggapi kasus mabuk kecubung yang terjadi di Kalimantan Selatan, Inggrid menuturkan bahwa sebelumnya terdapat beberapa bagian dari tanaman kecubung memang biasa digunakan sebagai obat tradisional dalam kehidupan sehari-hari.
Tanaman yang memiliki bentuk seperti terompet itu dahulu banyak digunakan sebagai obat untuk menambah stamina dan meredakan nyeri pada bagian tubuh tertentu. Contohnya yakni penggunaan daun kecubung yang diremas, kemudian ditempelkan di atas kulit yang ototnya mengalami pegal linu.
Baca Juga: 75 Pengurus dan Anggota Jaga Warga Kalurahan Argomulyo Sedayu Peroleh Bantuan Seragam dari UMBY
Daun kecubung yang telah diremas itu juga bisa ditempelkan ke dahi untuk meredakan sakit kepala.
Sayangnya, tidak semua orang bisa tahan dengan efek samping dari kecubung yang dapat menimbulkan halusinasi, meningkatnya gairah seksual secara tiba-tiba, gangguan denyut jantung sampai mengalami kematian.
“Efek dan durasinya itu bisa berbeda-beda pada setiap orang, jadi walaupun tidak diminum dan hanya ditempel, pada beberapa orang bisa menimbulkan psikoaktif. Ini yang berbahaya,” ucap Inggrid.
Lebih lanjut Inggrid menyampaikan hal tersebut membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang peredarannya. Kini kecubung hanya dapat ditemukan di area sekitar hutan.