HARIAN MERAPI - Tak semua anak cocok mengonsumsi susu sapi. Sebagian di antara mereka alergi terhadap susu sapi.
Menurut dokter, alergi susu sapi atau ASS dapat berdampak beragam pada anak.
Demikian disampaikan dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K) dari Universitas Padjajaran dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa.
Baca Juga: Penumpang pesawat yang punya riwayat jantung perlu asesmen, ini sebabnya menurut dokter
Ia mengatakan bahwa Alergi Susu Sapi (ASS) dapat memberikan dampak yang sangat bervariasi pada anak.
“Umumnya, anak yang mengalami alergi susu sapi dapat mengatasi alergi seiring bertambahnya usia, biasanya antara usia tiga hingga lima tahun. Namun, ada sebagian kecil anak yang mungkin tetap memiliki alergi hingga dewasa,” kata Budi .
Budi menjelaskan alergi susu sapi dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang dimiliki oleh anak bereaksi berlebihan terhadap protein yang terkandung dalam susu sapi. Hal ini dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Baca Juga: Puluhan UMKM terpilih Pelatihan Kewirausahaan DAK Non Fisik 2024 Dinkop Salatiga
Dampak yang diakibatkan oleh penyakit ini amat bervariasi dari ringan hingga berat. Dalam jangka pendek anak akan mengalami rasa tidak nyaman serta kesulitan makan dan tidur.
Sementara pada jangka panjangnya dapat mencakup berat badan yang tidak optimal, malnutrisi, dan keterlambatan pertumbuhan. Sifat alergi yang persisten juga dapat meningkatkan risiko perkembangan kondisi atopik seperti asma atau eksim.
Menurutnya, meski alergi susu sapi jadi alergi makanan yang paling umum pada awal masa kanak-kanak, yang insidennya mencapai dua sampai tiga persen pada tahun pertama kehidupan, namun orang tua tetap perlu mewaspadai gejala alergi yang berbeda pada tiap anak.
Sebab berdasarkan data yang dihimpun oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), prevalensi ASS pada anak Indonesia sekitar dua hingga 7,5 persen, dengan protein susu sapi menjadi alergen kedua yang paling umum setelah telur.
Baca Juga: KPU Sukoharjo Coklit Bupati terkait pemilih Pilkada 2024
Budi menyebut gejala umum yang paling sering nampak pada anak meliputi ruam pada kulit, gatal-gatal dan diare. Kalaupun anak merasakan gejala yang berbeda, biasanya meliputi masalah pernapasan yang serius seperti anafilaksis.
“Makanya, penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah dampak buruk yang lebih serius dan memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal,” kata dia.