HARIAN MERAPI - Obat kuat tak berhubungan dengan risiko seorang pria terkena kanker prostat, tetapi obat ini bisa berkaitan dengan masalah pembuluh darah.
"Obat kuat berkaitan dengan masalah pembuluh darah, tekanan darah, sehingga memang ada beberapa kontra-indikasi misalnya ada obat kuat golongan nitrat yang bisa menurunkan tensi darah, harus hati-hati," kata Ketua Cluster Uronephrology RSCM Kencana dr Widi Atmoko, Sp.U(K), FECMS, FICS di Jakarta, Jumat (22/92023).
Oleh karena itu, sambung Widi, alih-alih seorang pria yang semisal mengalami gangguan ereksi langsung meminum obat kuat, sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter.
Baca Juga: Polsek Mlati Tangkap Perempuan yang Mencuri Dompet Milik Majikannya
"Makanya pemberian obat ini harus bertemu dokter dulu, jadi enggak bisa langsung beli di apotek. Kalau beli di apotek pasti diminta resep," kata dia.
Kanker prostat adalah jenis kanker yang tumbuh dalam kelenjar prostat pada pria, yang berperan dalam pembentukan cairan ejakulasi, dan biasanya menunjukkan gejala kesulitan buang air kecil.
Kanker prostat pada stadium awal seringkali tidak menunjukkan gejala yang khas. Namun, kecurigaan akan meningkat jika muncul gejala seperti nyeri tulang, fraktur patologis (patah tulang akibat penyakit), atau penekanan pada sumsum tulang.
Baca Juga: Demi Ganjar Menang, Ganjaran Buruh Berjuang Ekspansi ke Yogyakarta
Berbicara faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker prostat meliputi usia yang semakin tua karena biasanya penyakit ini lebih sering didiagnosis setelah usia 50 tahun, riwayat keluarga serta kondisi obesitas.
Selain itu, diet dan gaya hidup berperan dalam risiko ini. Diet yang tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan risiko kanker prostat.
Bila kembali berbicara obat kuat, Widi sebenarnya membolehkan pria dewasa muda meminum obat kuat yang dijual di pasaran asalkan sesuai dosis dan dibeli di apotek resmi, mengingat penelitian memperlihatkan bahwa banyak obat yang beredar ternyata palsu.
"Untuk dewasa muda, pria berusia 30 tahun-an aman atau tidak? Boleh saja. Kalau dibilang aman, aman tetapi sesuai dosisnya karena banyak sekali dosisnya," ujar dia.
Widi mengatakan pernah mendapati pasien gangguan ereksi berusia 30 tahun-an dengan riwayat merokok berat dan obesitas. Menurut dia, pada prinsipnya pengobatan yang diberikan yakni dengan memberikan obat, sembari mengevaluasi masalah kesehatan lain yang pasien hadapi semisal hipertensi, diabetes dan obesitas.
"Kalau kami dari urologi memang pil biru sebagai first line treatment selain kita evaluasi faktor risiko kalau ada obesitas, sakit gula, hipertensi, itu kita obati, dari urologi berikan pil biru (obat ereksi atau obat kuat)," jelas dia.