HARIAN MERAPI - Dokter menyarankan pasien bedah estetik liposuction untuk menerapkan gaya hidup sehat.
Spesialis Bedah Plastik Rekonstruktif dan Estetik dr. Ide Bagoes Insani, M.M., MARS, Sp. B.P.R.E menyarankan pasien yang telah melakukan prosedur bedah estetik liposuction untuk menjalankan gaya hidup sehat.
“Liposuction tidak bisa menggantikan gaya hidup yang sehat seperti makan makanan teratur, diet yang baik, rendah lemak, tinggi protein tidak bisa menggantikan olahraga,” ujar dr.Ide yang juga anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (Perapian) dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan bila menginginkan bentuk tubuh yang lebih bagus, tidak cukup hanya mengarah ke kurus saja melainkan butuh gaya hidup yang sehat.
Terlebih bagi pasien yang telah menjalani prosedur bedah kosmetik untuk menghilangkan lemak di area tubuh tertentu atau liposuction sebaiknya menerapkan gaya hidup dan diet yang tepat agar hasil yang diinginkan dapat tercapai dan bertahan lama.
“Menjadi percuma habis liposuction terus makan sembarangan segala macam, ya itu tidak ideal, tujuan ke dokter prosedur ini bertujuan untuk membantu menuju goal tersebut,” katanya lagi.
Adapun sebelum melakukan tindakan liposuction, pasien akan diarahkan untuk melakukan tes pemindaian terkait presentasi lemak dan kondisi tubuh lainnya.
“Jadi kita mengedepankan kesehatan pasien juga bukan hanya prosedur estetik,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa prosedur ini bukan untuk menurunkan berat badan atau menggantikan olahraga, menurutnya hal ini menjadi hal yang patut dipahami pasien.
Pemahaman ini menurutnya mampu membantu pasien untuk menjaga dan memperbaiki dari sisi kesehatan tubuh lewat gaya hidup yang baik.
Hal ini menurutnya yang membuat pasien yang melakukan tindakan lipo di luar negeri bisa kembali lagi untuk melakukan tindakan yang sama, yakni karena pemahaman yang salah.
“Hari ini pulang lipo, pulang ke Indonesia, makan bandel, gaya hidup tidak dijaga akhirnya malah tambah gemuk dari sebelum dia lipo, karena itu pemahaman yang tidak jadi perhatian oleh dokternya,” tambah dia.*