“Untuk orang-orang ang mengenali hipertensi paru ya bisa memberikan prioritas ya pada pasien untuk bisa duduk karena kalau berdiri terlalu lama akan menimbulkan beban pada pasien sehingga nanti pasiennya akan sesak,” katanya lagi.
Dukungan lain juga diperlukan bagi caregiver seperti pasangan, keluarga atau teman agar pasien dapat semangat menjalani terapi pengobatan.
Baca Juga: Pemerintah Setujui Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren di Bawah Kemenag
Ia juga menyerukan bahwa hipertensi paru bukan penyakit menular sehingga bukan hal yang sebaiknya dihindari melainkan didukung.
Pada kesempatan yang sama Managing Director MSD Indoneisa George Stylianou mengatakan bahwa masih ada pasien hipertensi paru yang berjuang hanya untuk sekedar bernapas.
“Kami percaya bahwa tidak ada seorang pun yang seharusnya menghadapi perjuangan itu sendirian, karena itu kami berkomitmen untuk mendukung Yayasan Hipertensi Paru Indonesia dan para pasien dalam upaya meningkatkan kualitas dan harapan hidup sekaligus mendorong edukasi berkelanjutan agar semakin banyak orang memahami dan peduli terhadap penyakit ini,” pungkasnya.
Hipertensi paru merupakan gangguan berupa tekanan darah tinggi yang terjadi pada pembuluh darah atau arteri paru yang menyebabkan jantung kanan bekerja lebih keras untuk memompa darah ke paru-paru.
Baca Juga: Ratu Maxima: Kesehatan Finansial Dorong Pertumbuhan Ekonomi Negara
Gangguan ini menyebabkan penyumbatan, penyempitan hingga merusak pembuluh darah paru yang pada akhirnya membuat pasien menjadi sesak napas, nyeri dada, kelelahan usai beraktivitas ringan hingga pusing.*