Jangan abaikan gangguan irama jantung, jadi pemicu kematian mendadak pada usia muda, begini penjelasan dokter

photo author
- Rabu, 5 November 2025 | 11:30 WIB
Ilustrasi - Serangan jantung.  (ANTARA/Shutterstock/Syda Productions/Ardika)
Ilustrasi - Serangan jantung. (ANTARA/Shutterstock/Syda Productions/Ardika)



HARIAN MERAPI - Tahukah Anda bahwa gangguan irama jantung atau aritmia jadi pemicu kematian mendadak pada usia muda ?


Untuk itulah dokter mengingatkan pentingnya memelihara kesehatan jantung agar tetap sehat di usia muda.


Menurut dokter, gangguan irama jantung atau aritmia menjadi penyebab utama kematian mendadak pada usia muda dan sering kali disalahartikan sebagai serangan jantung.

Baca Juga: Antisipasi bencana hidrometereologi, Eko Suwanto ajak masyarakat monitor informasi cuaca BMKG

“Kasus kematian mendadak pada usia muda sering kali disebabkan oleh gangguan irama jantung, bukan serangan jantung. Insidennya mencapai 50–100 kasus per 100.000 populasi,” kata Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi di RS Premier Bintaro dr. Beny Hartono, Sp.JP, Subsp.KI(K), FIHA, FAPSC, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa.

Aritmia terjadi ketika detak jantung bekerja tidak normal; bisa terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan sehingga mengganggu pasokan darah ke organ vital. Jika tidak ditangani segera, kondisi itu dapat memicu henti jantung mendadak.

Beny, yang menyelesaikan pendidikan spesialis kardiologi dan kedokteran vaskular di Universitas Indonesia (UI), menjelaskan ada tiga jenis utama aritmia, yaitu bradikardia, takikardia dan fibrilasi atrium.

Bradikardia ditandai dengan detak jantung kurang dari 60 kali per menit dan umumnya ditangani dengan alat pacu jantung untuk menstimulasi aktivitas listrik. Takikardia terjadi saat jantung berdetak lebih dari 100–150 kali per menit sehingga jantung hanya bergetar tanpa memompa darah dan membutuhkan tindakan defibrilasi atau kejutan listrik.

Baca Juga: KPK Sebut Ada Jatah Preman untuk Bawahan Gubernur Riau Abdul Wahid

Jenis lainnya, fibrilasi atrium, merupakan bentuk aritmia yang paling sering dan berbahaya karena menyebabkan detak jantung tidak teratur dan darah menggumpal di ruang jantung.

“Fibrilasi atrium ini yang paling kita takutkan karena bisa menyebabkan stroke berat atau kematian,” ujar Beny.

Penanganan aritmia dapat dilakukan dengan kateter ablasi, yakni memasukkan kateter kecil ke dalam jantung untuk menghancurkan sumber gangguan listrik, atau penutupan kuping jantung guna mencegah terbentuknya bekuan darah.

Sementara itu, Spesialis Neurologi RS Premier Bintaro dr. Meidianie Camellia, Sp.N, menjelaskan bahwa stroke merupakan salah satu komplikasi paling serius dari gangguan jantung. Otak membutuhkan sekitar 20 persen aliran darah tubuh untuk bekerja optimal, sehingga gangguan sedikit saja dapat menyebabkan kerusakan permanen.

“Sekitar 90 persen faktor risiko stroke bersumber dari gaya hidup, seperti merokok, pola makan tinggi garam dan lemak, stres, kurang tidur, dan minim aktivitas fisik,” kata lulusan spesialis saraf UI tersebut.

Baca Juga: 4 Events Road to The 3rd ICIHES 2025, DIY Dorong Ekosistem Halal Nasional Menuju Standar Global

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X