Anggapan keliru, pola makan anak hanya fokus karbohidrat, seharunya dilengkapi ini

photo author
- Rabu, 16 Juli 2025 | 10:30 WIB
Dokter Nadhira Afifa, MPH, saat memaparkan mengenai PHBS usai ditemui dalam acara kesehatan di Jakarta, pada Selasa (15/7/2025).  (ANTARA/Sri Dewi Larasati)
Dokter Nadhira Afifa, MPH, saat memaparkan mengenai PHBS usai ditemui dalam acara kesehatan di Jakarta, pada Selasa (15/7/2025). (ANTARA/Sri Dewi Larasati)



HARIAN MERAPI - Orang tua harus memahami pola makan anaknya, jangan dibiarkan makan sembarangan karena bisa mengganggu kesehatan.


Jangan hanya memfokuskan pada karbohidrat, karena bisa bermasalah di kemudian hari.


Dokter Residen Gizi Klinik Universitas Indonesia (UI) dr. Nadhira Afifa, MPH, menyoroti masih banyaknya orang tua yang keliru menganggap bahwa memberi anak dengan pola makan hanya difokuskan dengan karbohidrat.

Baca Juga: Nikita Mirzani Batal Tuntut Rp100 Miliar dari Reza Gladys, Pengacara Sebut Gugatan Wanprestasi Dicabut: Ini Strategi


"Kalau lebih fokusnya ke karbohidrat, karena makanan utama kita nasi. Jadi itu persepsi yang salah juga di orang tua dan masyarakat," kata dokter Nadhira Afifa saat ditemui usai acara kesehatan di Jakarta, Selasa.

Mengonsumsi pola makan seperti itu tidak dianjurkan karena tidak mengandung gizi seimbang. Dia mencontohkan kebiasaan makan yang terlalu fokus pada karbohidrat seperti mengonsumsi nasi dengan mie masih banyak yang menganggap termasuk sudah cukup bergizi.

"Kalau di daerah mindsetnya itu masih fokus ke karbohidrat aja, memang kita makanan utama nasi kan. Padahal tetap harus gizi seimbang selalu," imbuh dia.

Nadhira mengingatkan pola makan bergizi seimbang bisa mengikuti panduan Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan yang memuat proporsi nasi, sayur, lauk hewani, dan buah sebagai acuan yang mudah diterapkan di rumah.

Baca Juga: Penyuluhan MPLS Sekolah, Satbinmas Polres Sukoharjo Tekankan Bahaya Judi Online dan Radikalisme Sejak Dini

Dalam membentuk kebiasaan makan sehat di rumah tidak harus dimulai dari makanan mahal, salah satu bahan pangan sederhana yang bisa menjadi sumber protein hewani adalah telur.

"Padahal sebenarnya sesulit-sulitnya itu bisa pakai telur aja. Telur kan itu satu butir Rp2.000 ya. Jadi paling enggak protein hewaninya bisa dari telur itu tiga kali sehari juga enggak masalah," jelas dia.

Dalam mendukung kebiasaan mengonsumsi pola makan bergizi seimbang pada anak-anak diperlukan peran orang tua. Menurut dia, perubahan pola makan tidak cukup hanya dengan menyuruh anak, tapi harus dimulai dari kebiasaan seluruh keluarga.

"Dan juga orang tuanya jangan cuma nyuruh doang. Tapi orang tuanya juga berhabit yang gizi seimbang juga, sehingga anak itu bisa mengikuti, jadi perilaku sehatnya itu diterapkan di satu keluarga bukan di anak aja," kata dia.

Baca Juga: PDIP Nilai Kritik Anies Baswedan Singgung soal Presiden Indonesia Sering Absen di Forum PBB Tidak Salah

Dokter lulusan Master of Public Health dari Harvard University itu menyarankan kebiasaan pola hidup yang bisa diterapkan dalam menjaga kesehatan anak-anak juga harus ada aktivitas yang dilakukan sehari-hari, misalnya jalan kesekolah, bermain secara kelompok hingga olahraga.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X