"Misalnya tiba-tiba ketinggalan mata pelajaran, misalnya dia berprestasi lagi atau sekolah kuliah tapi tiba-tiba jadi sering susah mikir, berhitung jadi enggak bisa, terus nangkep pelajaran jadi susah padahal pintar dulunya. Aneh itu, tiba-tiba nilainya anjlok," kata dokter Kusdiansah.
Gejala semacam itu, menurut dia, seringkali muncul secara tiba-tiba pada anak-anak hingga orang berusia 20-an tahun akibat penyempitan pembuluh darah yang menimbulkan gangguan di pusat kognitif otak, yang dikategorikan sebagai moyamoya.
Penderita moyamoya juga berpeluang mengalami kejadian stroke berulang yang mencurigakan pada usia sekolah.
Baca Juga: Populasi Hewan Ternak Melimpah, Kebutuhan Hewan Kurban di Sukoharjo Terpenuhi Peternak Lokal
Dokter Kusdiansah mengatakan bahwa gejala moyamoya yang muncul mendadak dan tidak lazim pada usia muda umumnya lebih mudah didiagnosis.
Pada rentang usia ini, anak umumnya masih berada dalam pengasuhan orang tua, yang akan biasanya akan segera mencari tahu penyebab anak mengalami gangguan yang tidak biasa.
Dokter Kusdiansah mengatakan bahwa moyamoya dapat terjadi pada anak usia dua tahun sampai sembilan tahun serta remaja.
Orang dalam rentang usia 30 sampai 50 tahun juga bisa mengalaminya. Moyamoya dinilai lebih membahayakan pada orang-orang dalam rentang usia ini.
"Ini lebih berbahaya, karena biasanya moyamoya-nya disertai dengan tekanan darah yang tinggi," kata dokter Kusdiansyah.
"Usia 40 tahun, tensi sudah mulai tinggi, 35 tahun itu penelitiannya sudah mulai pra-hipertensi. Artinya pembuluh darah yang kecil-kecil tadi itu kan dibentuknya cepat, pembuluh darahnya tipis, artinya kalau dikombinasi dengan hipertensi, ia akan gampang pecah," ia menjelaskan.
Ia menyampaikan pentingnya mewaspadai kejadian stroke berulang pada orang berusia 40 tahun, yang dapat terjadi karena kelainan pada pembuluh darah seperti moyamoya.*