HARIAN MERAPI - Bolehkah pasien penyakit jantung berkendara saat mudik ?
Inilah yang harus dikonsultasikan ke dokter, karena tidak semua penderita penyakit jantung boleh berkendara saat mudik. Mengapa ?
Ada kriteria tertentu dari dokter terkait kebolehan pasien penyakit jantung berkendara saat mudik.
Baca Juga: BNNK Bantul rehabilitasi 9 pelajar SMP pengguna pil sapi, begini kondisinya
Dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah lulusan Universitas Padjajaran Mega Febrianora, SpJP(K) mengatakan, pasien jantung dengan kondisi yang sudah stabil boleh mengendarai kendaraan untuk mudik namun dengan waktu tempuh yang tidak terlalu lama.
“Sebenarnya secara keilmuan, menyetir adalah aktivitas yang ringan secara metabolik ekuivalen (MET), menyetir hanya butuh 1-2 MET tetapi dalam kondisi yang relatif ringan ya, bukan nyupir truk atau nyetir berhari-hari,” ujar Mega dalam webinar yang dipantau dari Jakarta, Rabu.
Ia menyebut durasi maksimal pasien jantung dengan kondisi pembuluh darah yang telah terbuka sepenuhnya atau tidak tersumbat diperbolehkan menyetir asal tidak sampai enam jam.
“Jadi kalau di bawah enam jam masih diperbolehkan, dengan catatan durasinya tidak lewat ya. Tapi kalau dirasa sampai 12 jam nyetir itu sangat tidak direkomendasikan. Apalagi kalau belum dibuka (sumbatan pembuluh darah) secara total,” ujarnya pula.
Ketika mudik, acap kali terdapat macet di jalur darat, ia menyarankan pasien agar tetap menerapkan pola makan dan minum air putih serta obat dan istirahat secara teratur hal ini untuk mencegah kelelahan sehingga berpengaruh pada penurunan kondisi pasien.
“Jadi faktor bukan hanya jantungnya oke atau tidak, tapi faktor secara keseluruhan metabolisme untuk mendukung,” tambah dia.
Sementara ketika tiba di kampung halaman, ia menyarankan pasien penyakit jantung agar memastikan istirahat tercukupi sekitar 6-8 jam per hari.
Baca Juga: Wakil Gubernur DIY Paku Alam X Melepas Rombongan Mudik Pedagang Warmindo
Menghindari asupan makanan dan minuman kalengan dan membatasi asupan gula, garam dan lemak termasuk santan.
Mengelola stres, kata dia, juga diperlukan, sebab dengan kondisi pikiran dan hati yang bahagia mampu menghadirkan kondisi tubuh yang positif.