HARIAN MERAPI - Ada anggapan penyakit ginjal disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman tertentu.
Padahal makanan dan minuman tidak secara langsung menyebabkan penyakit ginjal.
Demikian dijelaskan dokter spesialis anak, pakar ginjal dan saluran kemih RSCM Dr. dr. Eka Laksmi HIdayati, Sp. A, Subs. Nefrologi (K) dalam webinar yang dipantau dari Jakarta, baru -baru ini.
Baca Juga: Kajian pembangunan TPST, DLH Sukoharjo programkan produk keripik sampah sebagai bahan bakar industri
Ia mengatakan, makanan dan minuman tidak secara langsung menyebabkan penyakit ginjal namun memang melewati beberapa tahap.
“Jadi melewati berbagai proses dahulu kalau makan terlalu banyak, gula banyak, jumlah makanan banyak, garam banyak, dampaknya anak obesitas kemudian obesitas menyebabkan risiko hipertensi, kadar gula darah tinggi, diabetes melitus, penyakit itu yang di masa dewasa muda bisa menyebabkan gagal ginjal,” ujar dokter Eka.
Ia menegaskan, baik itu makanan olahan ataupun makanan segar (real food) tidak ada yang menyebabkan gagal ginjal secara langsung.
Dia mengatakan, selama pertumbuhan anak menunjukkan tanda positif sebagaimana kurva pertumbuhan anak, maka kemungkinan kesehatan ginjal pun aman. Namun jika dirasa ada kondisi yang mencurigakan seperti warna urin tidak normal, tekstur urin yang berbusa seperti busa detergen, sudah sepatutnya orang tua melakukan deteksi penyakit ginjal.
Dirinya juga menjelaskan bahwa pemeriksaan tekanan darah juga menjadi hal yang patut dilakukan, sebab tekanan darah tinggi pada anak menurutnya memiliki kaitan dengan penyakit ginjal.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Capricorn 16 Maret 2025: ada kesalahpahaman dan salah tafsir dalam hubungan asmara
Tes dasar tekanan darah sebagai bagian pemeriksaan sederhana oleh dokter, anak di atas 3 tahun disarankan melakukan tes tekanan darah sebagai upaya skrinning awal, meski pun kerap kali tes tekanan darah bagi sebagian anak sulit dilakukan karena anak kerap sulit tenang.
Menurutnya, penyakit ginjal menyebabkan tubuh tidak mampu membuang limbah yang ada di tubuh melalui urine sehingga racun atau toksin akan tetap berada dalam tubuh. Kondisi ini pun bisa mengganggu sistem tubuh lainnya.*