Masyarakat disarankan jalani deteksi dini gangguan darah, ini pentingnya menurut dokter

photo author
- Minggu, 2 Maret 2025 | 11:00 WIB
Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Rumah Sakit Abdul Muthalib (tengah), Spesialis Hematologi Onkologi Rumah Sakit Medistra Aru W. Sudoyo (kedua dari kanan) dalam peresmian pusat Onkologi Rumah Sakit Medistra yang digelar di Jakarta, Kamis (27/2).  (ANTARA/ Sinta Ambar)
Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Rumah Sakit Abdul Muthalib (tengah), Spesialis Hematologi Onkologi Rumah Sakit Medistra Aru W. Sudoyo (kedua dari kanan) dalam peresmian pusat Onkologi Rumah Sakit Medistra yang digelar di Jakarta, Kamis (27/2). (ANTARA/ Sinta Ambar)



HARIAN MERAPI - Masyarakat disarankan menjalani deteksi dini gangguan darah.


Bila kemudian ditemukan gangguan, dokter dapat memeriksanya lebih lanjut untuk diambil tindakan yang tepat.


Demikian disampaikan Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Rumah Sakit Abdul Muthalib saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.

Baca Juga: Cerita misteri penampakan permen raksasa yang menimpa siswa hobi bolos sekolah


Diungkapkan, deteksi dini terkait gangguan darah menjadi hal yang patut dilakukan.

“Begitu hb (hemoglobin) rendah, itu cari sebabnya. Sebagian besar memang defisiensi zat besi. Tetapi harus waspada juga kalau pada pemeriksaan ternyata tidak ada defisiensi zat besi,” ujar Abdul Muthalib .

Defisiensi zat besi pada wanita, kata dia, bisa menyebabkan volume darah haid meningkat, namun hal ini juga perlu dipastikan kembali apakah wanita tersebut tengah menggunakan alat kontrasepsi IUD sehingga menyebabkan hal itu terjadi atau bisa jadi mengidap thalasemia, yakni kondisi kelainan darah bawaan yang ditandai dengan kurangnya hemoglobin dan jumlah sel darah merah dalam tubuh kurang dari normal.

Namun jika wanita tersebut mengidap thalasemia dan telah berusia di atas 20 tahun maka kemungkinan mengidap thalasemia minor atau menjadi pembawa sifat saja.

Dirinya lantas menyarankan bagi pasangan yang akan menikah dapat melakukan deteksi dini terkait kelainan darah ini, pasalnya bila keduanya mengidap thalasemia minor maka keturunan yang dihasilkan bakal mengidap thalasemia mayor.

Baca Juga: Jemaat St Paulus Miki Salatiga bagi takjil di pinggir jalan depan gereja

Kondisi anak dengan thalasemia mayor yang diketahui pada saat anak berusia enam bulan ini kemungkinan bertahan hidup dapat berkurang. Pasalnya akan bergantung pada transfusi darah.

“Kalau thalasemia mayor itu, tidak mungkin bisa bertahan sampai mungkin dari 20 tahun kira-kira begitu karena dia bergantung sekali dengan transfusi,” jelasnya.

Dengan demikian pemeriksaan darah dapat dimulai dari pemeriksaan dasar serta penting bagi pasangan yang akan menikah melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical check up (MCU).

Pada kesempatan yang sama, Spesialis Hematologi Onkologi Rumah Sakit Medistra Aru W. Sudoyo mengatakan bahwa penyakit thalasemia berasal dari negara-negara di sekitar Laut Tengah sekitar 10-15 ribu tahun yang lalu. Saat ini katanya, negara-negara di kawasan Laut Tengah telah mampu menangani kasus tersebut.

Baca Juga: Dalam upaya pengembangan batik Ciwaringin Cirebon, diperlukan kerja sama dengan semua pihak

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X