HARIAN MERAPI - Masyarakat diingatkan untuk tidak mengonsumsi antibiotik secara sembarangan.
Dsirankan agar penggunaan antibiotik didasarkan atas resep dokter.
Sebab, penggunaan antibiotik sembarangan dapa menimbulkan resistensi antimikroba yang sangat membahayakan tubuh.
Baca Juga: Timnas Indonesia Pimpin Grup B ASEAN Cup 2024
Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A(K), menjelaskan resistensi antimikroba bisa berdampak panjang pada kesehatan dan finansial seseorang.
"Risiko penyakit bertambah berat menjadi meningkat," kata Edi saat diskusi daring tentang resistensi mikroba yang diikuti dari Jakarta, Selasa.
Resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri menjadi kebal akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Bakteri seharusnya mati ketika terkena antibiotik, namun penggunaan antibiotik yang tidak tepat menjadikannya kebal sehingga ia bisa tetap tumbuh.
Resistensi bakteri terhadap antibiotik menyebabkan penyakit tidak kunjung sembuh meskipun pasien sudah mengonsumsi obat.
Baca Juga: Marselino Ferdinan Kena Kartu Merah, Indonesia Ditahan Imbang Laos 3-3
Ketika seseorang yang mengalami resistensi antimikroba menularkan penyakitnya kepada orang lain, maka orang itu juga akan mengalami resistensi.
Orang yang mengalami resistensi antimikroba tersebut bisa saja memerlukan antibiotik lainnya yang lebih kuat dan berharga lebih mahal. Akibat resistensi tersebut, maka biaya pengobatan menjadi lebih besar.
Biaya juga bisa bertambah besar karena pasien memerlukan durasi pengobatan yang lebih lama.
"Lama pengobatan makin panjang, jadi biaya juga bertambah," kata Edi.
IDAI menegaskan seseorang harus berkonsultasi kepada dokter sebelum mengonsumsi antibiotik. Dokter akan memeriksa apakah penyakit tersebut perlu diobati dengan antibiotik beserta jenis, dosis dan cara konsumsi yang diperlukan.
Baca Juga: Akpar-Jogja padukan pengembangan hard skill dan soft skill kepada mahasiswa