HARIAN MERAPI -Judi online atau judol telah merambah anak-anak muda sehingga mempengaruhi kesehatan mentalnya.
Bahkan, judol kini telah menjadi isu kesehatan global seperti narkoba dan alkohol sehingga mengundang keprihatinan dunia.
Seperti diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Nael Sumampouw judi online kini menjadi isu kesehatan global yang serius, setara dengan penyalahgunaan narkoba dan alkohol.
Baca Juga: Peruntungan Shio Babi sepekan mulai Minggu 1 Desember 2024, Anda menerima pujian
Hal tersebut merujuk pada publikasi terbaru The Lancet yang menyoroti dampak judi online terhadap kesehatan mental individu, khususnya generasi muda.
“Judi online tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga isu global. Cara masuknya yang melalui permainan seperti game membuat anak muda lebih rentan, terutama mereka yang mencari pelarian dari stres atau kesulitan hidup,” kata Nael secara daring, Sabtu.
Menurut Nael, sifat judi online yang mudah diakses, tanpa sanksi sosial, dan menyamar sebagai aktivitas normatif membuatnya semakin berbahaya.
Para pengguna bisa bermain dari rumah, tanpa diketahui lingkungan sekitar, dengan kemungkinan awal pemain diberi kemenangan kecil, hingga akhirnya terjerat dalam adiksi melalui mekanisme psikologis seperti ‘gambler’s fallacy’.
Ia juga menyoroti bahwa faktor lingkungan dan psikologis, seperti kurangnya dukungan sosial, pengangguran, dan rendahnya keterampilan, membuat anak muda lebih mudah masuk dalam jerat ini.
Kondisi itu diperparah dengan maraknya pinjaman online yang sering digunakan untuk mendukung kebiasaan berjudi.
Baca Juga: Peruntungan Shio Anjing sepekan mulai Minggu 1 Desember 2024, sebuah hubungan mulai terjalin
Dampak terburuk dari adiksi judi online, menurut Nael, adalah munculnya ‘learned helplessness’, atau perasaan tidak berdaya.
“Ketika usaha tidak membuahkan hasil, anak muda mulai kehilangan harapan dan tidak melihat hubungan antara usaha dan hasil. Ini mematikan potensi, kreativitas, bahkan bisa membawa mereka pada keputusasaan yang ekstrem,” ungkapnya.
Ia menambahkan, ketidakberdayaan ini dapat menghantui anak muda dari berbagai latar belakang, dan bagi mereka yang tidak memiliki dukungan sosial atau sumber daya diri yang memadai, perasaan ini bisa berujung pada pemikiran ekstrem, seperti merasa hidup tidak lagi berarti.