HARIAN MERAPI- Dokter menyarankan agar masyarakat melakukan deteksi dini terhadap gangguan tiroid.
Dengan melakukan deteksi dini terhadap gangguan tiroid, diharapkan dampaknya tak makin berat bagi kesehatan.
Demikian anjuran salah satu rumah sakit di Kota Solo, Jawa Tengah Brayat Minulya.
Kepala Bagian Humas Marketing RS Brayat Minulya, dr Elisabeth Susilowati di Solo, Sabtu mengatakan gangguan tiroid dibagi menjadi hipertiroid dan hipotiroid.
"Masing-masing dengan gejala dan konsekuensi yang berbeda. Hipertiroid ditandai dengan peningkatan hormon tiroid yang menyebabkan gejala, seperti
kelelahan, kecemasan, dan denyut jantung cepat," katanya.
Sedangkan hipotiroid ditandai dengan penurunan hormon tiroid yang menyebabkan gejala seperti kelemahan dan keterlambatan perkembangan, terutama pada anak-anak yang dapat berakibat pada IQ yang lebih rendah dari rata-rata usia anak.
Salah satu upaya yang dilakukan, beberapa waktu lalu pihaknya menyelenggarakan kegiatan deteksi dini gangguan tiroid yang melibatkan lansia dan ibu hamil yang memiliki risiko tinggi terkena gangguan tiroid.
Baca Juga: Gregoria gagal tembus final Singapore Open 2024 setelah menyerah di tangan An Se-Young
"Ini adalah bentuk komitmen kami meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya di Kota Surakarta, melalui deteksi dini gangguan tiroid," katanya.
Ia berharap dengan penanganan yang lebih awal dapat mencegah komplikasi yang lebih serius.
"Terutama bagi ibu hamil untuk mencegah stunting bayi dalam kandungan. Selain ibu hamil, ada kelompok yang berisiko tinggi terhadap penyakit tiroid, di antaranya keluarga dengan riwayat penyakit tiroid, pasien dengan gangguan lain, seperti diabetes atau hipertensi, serta pasien dengan benjolan di leher," katanya.*