Hari Raya Idul Fitri, antara makanan yang berlimpah dan problematikan sampah

photo author
- Kamis, 11 April 2024 | 18:55 WIB
Ilustrasi - Kampanye Stop Boros Pangan.  (ANTARA/Istimewa )
Ilustrasi - Kampanye Stop Boros Pangan. (ANTARA/Istimewa )

HARIAN MERAPI - Hari raya identik dengan melimpahnya makanan. Kondisi tersebut kerap berdampak pada potensi menumpuknya sampah makanan selepas hari raya.

Ini menjadi ironi tersendiri di tengah masih banyak masyarakat di wilayah lain di Indonesia justru mengalami kesulitan pangan.

Oleh karena itu, masyarakat perlu mentradisikan Lebaran selain sebagai momen untuk berbagi juga untuk mengurangi kemubaziran pangan yang justru merugikan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) sebelumnya memperkirakan saat periode mudik dan balik Lebaran 2024 ada potensi sampah meningkat hingga 58 ribu ton.

Baca Juga: Syawal bulan tebar kebaikan untuk sesama

Maka setiap kepala daerah pun diimbau memperkuat partisipasi publik melalui program "Mudik dan Lebaran Minim Sampah".

Rosa Vivien Ratnawati, Dirjen Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian LHK, menyampaikan hasil survei angkutan Lebaran 2024 bahwa sekitar 193,6 juta orang melakukan mudik. Mayoritas pemudik melakukan perjalanan dari Jakarta menuju sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Potensi sampah yang dihasilkan ini, seperti dilansir Antara, mencapai 58 juta kilogram atau 58 ribu ton. Potensi ini dihitung atau diperkirakan untuk jangka dua minggu dari arus mudik hingga balik.

Bukan semata dari perjalanan mudik, limbah makanan dari rumah tangga yang tak melakukan mobilisasi ke kampung halaman diperkirakan setiap tahun, jumlahnya juga meningkat drastis.

Baca Juga: Pelatih Barcelona Xavi Hernandez Tetap Menyebut PSG Jadi Tim Unggulan di Liga Champions Meski Kalah di Leg Pertama Perempat Final

Memang tradisi makan dan minum saat Idul Fitri selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu setelah sebulan berpuasa. Namun, perlu disadari bahwa berlebihan dalam menyajikan makanan juga bisa berdampak negatif pada lingkungan.

Menurut sejumlah riset, sampah makanan telah menjadi isu serius yang perlu menjadi perhatian bersama.

Di Indonesia, makanan terbukti menjadi penyumbang sampah terbesar dengan jumlah mencapai 25,5 juta ton per tahun, sebanding dengan jumlah penduduknya yang mencapai 280,73 juta jiwa.

Bahkan, Badan Pertanian dan Pangan Dunia PBB (FAO) menyebutkan bahwa sampah makanan turut berkontribusi pada gas rumah kaca, dengan jejak karbon mencapai 4,4 giga ton per tahun.

Baca Juga: Penyusunan Kabinet Prabowo-Gibran Masih Tahap Diskusi Informal, Budiman Sudjatmiko: Masih Rembuk-rembuk Saja

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X