“Pendaftaran cukup Rp 10.000 per peserta. Panitia sudah menyediakan layang layangnya, air mineral dan makanan ringan,” jelas Tukijo.
Pada hari pertama dan kedua lomba, diterapkan sistem gugur. Semua bebas dalam sangkutan, sehingga banyak layang layang yang benangnya putus.
Pada hari kedua diambil delapan layang layang, baik kategori remaja/dewasa maupun anak-anak yang tak putus (tak tereliminasi).
“Delapan pemilik layang layang beradu strategi agar benang tak putus dalam sangkutan. Pada sesi final, tiap kategori diambil dua pemilik layang layang yang benangnya tak putus,” urai Tukijo.
Sebagai pemenang kategori anak-anak (SD), yaitu I. Zaka dan II. Abi. Sedangkan juara kategori remaja/dewasa, I Nur Ahmad dan II Ibnu.
Baca Juga: Tekuk Pelita Jaya dengan Skor 21-10, Satria Muda Juara IBL 3x3 Seri Yogyakarta
“Pemenang berhak membawa pulang trofi, uang pembinaan dan piagam. Sedangkan peserta tertua dengan umur 72 tahun mendapatkan bingkisan,” jelas Tukijo.
Pada hari terakhir, digelar pula Ngundha Bareng layang layang dengan peserta sekitar 100 orang.
Menurutnya, kegiatan tersebut baru pertama kali dilaksanakan dan tahun depan diharapkan dapat digelar kembali.
“Layang layang yang pada putus, ada cap stempel komunitas sepeda motor, KTC Brotherhood. Bagi yang menemukan dan menyerahkan kepada kami, dihargai Rp 2.000 per layang layang,” tambahnya.*