HARIAN MERAPI - Metode swab hidung seperti PCR pada kasus virus di saluran pernapasan termasuk dalam pengecekan standar untuk mengetahui jenis virus yang masuk ke tubuh melalui jalur udara ketika seseorang mengalami gejala pernapasan.
Hal itu dikatakan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi RSUI dr. Irandi Putra Pratomo Ph.D Sp.P(K) FAPSR FISR FISQua dalam diskusi daring tentang HMPV yang diikuti di Jakarta, Selasa (14/1/2025).
“Untuk HMPV sendiri sudah ada sebenarnya seperti ini, jadi, skenario yang bisa saya bayangkan adalah ketika seseorang mengalami gejala pernapasan termasuk dengan khasnya gejala terinfeksi virus yang demam, kemudian menggigil juga kemudian sesak nafas, pada akhirnya idealnya kita periksa dengan swab hidung kemudian periksakan PCR,” kata Irandi.
Prinsip kerja swab PCR adalah mengambil sampel pada rongga hidung dan diperiksa di laboratorium untuk menemukan virus yang ada.
Baca Juga: Dianggap Sebagai Cagar Budaya, Gedung Djoeang 45 Pati Akan Diperbaiki
Baik pada COVID-19, influenza dan HMPV metode ini sama, dan bisa dilakukan dengan multiplex PCR. Virus yang ditemukan juga bukan spesifik satu jenis namun beberapa jenis.
Dengan metode ini, kata Irandi, bisa mendeteksi virus pada saluran pernapasan dan bisa mencegah memberatnya gejala karena cepat ditangani, sejak virus hinggap di sel tubuh selama 3-6 hari.
“Kalau untuk dalam rangka pengobatan kita tahunya PCR untuk ini jenis virus apa, jadi cukup untuk mendiagnosis yang tadi alat diagnosisnya yang bisa swab untuk ketahuan virus Influenza, atau RSV, atau MPV atau SARS-CoV-2, saya pikir itu sudah cukup,” katanya seperti dilansir Antara.
Ia menjelaskan pada virus HMPV, belum ada obat dan vaksin spesifik yang bisa menyembuhkan. Pada gejala infeksi seperti peradangan, demam, menggigil dan sesak nafas, bisa diobati dengan obat yang tersedia. Sementara vaksin HMPV dalam waktu dekat belum akan diterbitkan karena belum dalam kategori urgensi.
Baca Juga: Ini Motif Penjambretan dengan Korban Dua Mahasiswi di Depan Puskesmas Gamping
Sementara untuk perlindungan kesehatan secara keseluruhan, Irandi mengatakan untuk menjaga pola hidup sehat sedari dini dan makan makanan bergizi agar imunitas meningkat.
Selain itu, perlu juga menjaga jarak pada orang yang terlihat sakit dan ada riwayat bepergian ke luar negeri yang dapat membawa risiko penyakit dari negara lain.
Irandi mengatakan bila ada gejala demam, menggigil selama 3-6 hari tidak membaik setelah diberikan obat-obatan, maka dianjurkan untuk memeriksakan ke IGD.
Pada lansia yang memiliki komorbid seperti diabetes maka perlu dijaga gula darahnya jangan sampai terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dan pada anak-anak yang sedang sakit sebaiknya beristirahat di rumah dan hindari kerumunan.(*)