HARIAN MERAPI - Pembangunan Gasblock PGN Karangrejo dan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) di Desa Karangrejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah memiliki dampak positif bagi perekonomian bagi masyarakat sekitar.
Berbagai usaha yang terkait langsung maupun tidak langsung di kawasan tersebut, ikut merasakan pergerakan ekonomi yang positif. Salah satunya dialami Sutarti, pemilik Family Katering di kawasan Borobudur.
Menurut Sutarti, sejak hadirnya Gasblock PGN Karangrejo dan Balkondes di Desa Karangrejo, Borobudur, mendorong permintaan katering miliknya.
Terutama pada saat digelarnya berbagi event di lokasi tersebut. Seperti Suadesa Festival 2025 yang digelar pada 10-11 Mei 2025.
Festival ini merupakan perwujudan program Desa Energi Berdikari Pertamina dimana Desa Karangrejo, Borobudur menjadi desa binaan dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PGN.
Dalam dua hari pagelaran acara tersebut, Family Katering milik Sutarti mendapat berkah order katering hingga 400 box.
Baca Juga: Dorong Transisi Energi Bersih, PGN Selenggarakan Suadesa Festival 2025 di Borobudur
“Di Balkondes ini memang sering diadakan acara, seperti Festival ini yang sudah menjadi agenda tahunan. Kegiatan seperti ini menjadi salah satu pendorong penjualan kami,” kata Sutarti.
Sutarti mengaku usaha kateringnya ini dimulai sejak 2016 pada saat itu, atau sebelum adanya Gasblock PGN, usaha kateringnya terbilang cukup digemari Masyarakat di sekokar Bodobudur. Namun pasca Gasblock PGN Karangrejo dibuka usahanya menjadi lebih ramai.
“Sebelum adanya gasblock, catering saya terbatas pada kegiatan desa. Namun sejak adanya Gasblok dan melakukan berbagai kegiatan, usaha katering lebih meningkat lagi,” katanya.
Terdapat dua jenis katering yang dilayani oleh Famili Katering Sutarti. Pertama dalam bentuk luchh box dan model prasmanan, Untuk model prasmanan, katering ini hanya mengenakan harga mulai dari Rp30 ribu hingga Rp55 ribu perporsi. Sementara lunch box kisaran Rp15 ribu hingga Rp30 ribu.
Harga yang ditawarkan Sutarti tersebut terbilang cukup ramah di kantong. Dan ia juga tidak melulu harus memiliki keuntungan yang besar. Sebab banyak juga pesanan yang bahkan ia tidak ambil keuntungan. Misalnya saja ketika katering miliknya mendapat order dari Kepala Desa atau perangkat desa untuk kegiatan desa.
“Saya tidak ambil keuntungan besar karena kapan lagi saya bisa bantu desa saya sendiri. Jadi saya selalu tanya ketika ada kegiatan desa, mereka punya dananya berapa pun saya akan buatkan,” ujar Sutarti yang juga menjadi kepala kekolah di salah satu sekolah menengah atas di kawasan Borobudur.