ekonomi

Pelaku UMKM keluhkan biaya produksi naik, akibatnya kuntungan menurun

Minggu, 5 November 2023 | 13:35 WIB
Foto Arsip. Pemkab Sukoharjo menggelar operasi pasar, menjual telur ayam langsung dari peternak untuk menekan kenaikan harga. (Wahyu Imam Ibadi)

HARIAN MERAPI - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sukoharjo mengeluh biaya produksi mengalami kenaikan tinggi namun keuntungan yang didapat tidak sebanding karena sangat sedikit.

Penyebabnya karena adanya kenaikan harga kebutuhan pokok pangan sebagai bahan dasar produksi seperti beras, cabai, gula pasir, telur, daging ayam dan lainnya.

Pedagang warung makan di Sukoharjo Sulastri, Minggu (5/11/2023) mengatakan, kenaikan harga bahan pokok pangan sudah tidak wajar. Sebab kenaikan harga terjadi disemua bahan pokok pangan seperti beras, cabai, gula pasir, telur, daging ayam dan lainnya. Kondisi tersebut membuat biaya produksi usaha yang dijalani ikut naik.

Baca Juga: Kasus selebgram buang bayi di Bandara Ngurah Rai Denpasar direkaulang, begini adegannya

Sulastri mengaku terpaksa membeli bahan kebutuhan pokok pangan seperti beras, cabai, gula pasir, telur, daging ayam dan lainnya dengan harga tinggi agar tetap bisa membuka usahanya. Apabila tidak maka usaha warung makan yang jalani bisa tutup.

Disisi lain, Sulastri mengaku awalnya tidak tega menaikan harga makanan dan minuman yang dijualnya kepada pembeli. Namun karena tekanan tingginya kenaikan harga bahan pokok pangan yang mempengaruhi naiknya biaya produksi maka terpaksa ikut menaikan harga jual makanan dan minuman.

Meski sudah menaikan harga namun Sulastri mengaku keuntungan yang didapat hanya sedikit. Bahkan karena banyaknya pesaing usaha warung makan dan beban masyarakat menyebabkan usaha yang dijalani sempat rugi karena sepi pembeli.

"Harga bahan pokok pangan naik tinggi dan berpengaruh pada kenaikan biaya produksi makanan dan minuman. Pemerintah diminta membantu pelaku UMKM seperti saya menekan harga. Dengan kenaikan harga ini membuat keuntungan sangat sedikit bahkan sering rugi karena sepi pembeli," ujarnya.

Baca Juga: Ini bahayanya anak di bawah umur mengendarai sepeda lisrik, Polres Sukabumi lakukan langkah ini

Pelaku UMKM usaha katering Nayla Nanik mengatakan, setelah harga beras, gula pasir, telur ayam dan daging ayam yang naik tinggi. Sekarang giliran harga cabai ikut naik. Kondisi tersebut menyebabkan kenaikan biaya produksi usaha.

"Terpaksa saya naikan harga ke konsumen. Kalau harga tetap maka jelas rugi. Kalau porsi di kurangi konsumen juga protes," ujarnya.

Harga cabai rawit merah terus mengalami kenaikan tidak terkendali disebabkan karena stok barang terbatas. Harga sekarang tembus Rp 72.000 per kilogram.

Pemerintah diminta turun membantu untuk menekan harga mengingat kondisi sekarang masih kemarau panjang dan sebentar lagi menghadapi Natal dan Tahun Baru 2024.

Baca Juga: Prabowo susun cetak biru bersama tim Jokowi menuju kebangkitan bangsa Indonesia, begini pengakuannya

Pedagang Pasar Kartasura Rahayu, mengatakan, harga cabai rawit merah terus mengalami kenaikan dan sekarang tembus Rp 72.000 per kilogram.

Halaman:

Tags

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB