Analis menilai, tarif AS 19 persen jadi angin segar bagi sektor padat karya

photo author
- Kamis, 17 Juli 2025 | 15:15 WIB
Presiden Prabowo Subianto berbicara melalui sambungan telepon dengan Presiden AS Donald Trump membahas tarif impor yang ditetapkan oleh AS kepada Indonesia sebagaimana diunggah akun Instagram pribadi Presiden Prabowo @prabowo, Rabu (16/7/2025).  (ANTARA/HO-Instagram @prabowo)
Presiden Prabowo Subianto berbicara melalui sambungan telepon dengan Presiden AS Donald Trump membahas tarif impor yang ditetapkan oleh AS kepada Indonesia sebagaimana diunggah akun Instagram pribadi Presiden Prabowo @prabowo, Rabu (16/7/2025). (ANTARA/HO-Instagram @prabowo)

HARIAN MERAPI - Tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang turun menjadi 19 persen dari semula 32 persen menjadi angin segar bagi sektor padat karya, terutama tekstil, alas kaki, dan peralatan elektronik.

Sektor-sektor itu diketahui menyumbang 42 persen dari total ekspor Indonesia ke AS.

Hal itu dikemukakan analis Macquarie Sekuritas Indonesia Ari Jahja, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (17/7/2025).

Ari mengatakan keputusan tersebut memberikan keunggulan kompetitif bagi Indonesia di pasar AS, menempatkan Indonesia di posisi yang relatif lebih baik dibanding banyak negara pesaing.

Menurutnya, jika dibandingkan dengan negara-negara eksportir utama ke Amerika, maka tarif Indonesia jauh lebih rendah.

Baca Juga: Kaum muda hati-hati bila mata kering, bisa jadi akibat autoimun, atau karena ini...

Untuk kategori tekstil, misalnya, Indonesia hanya dikenakan tarif 19 persen, lebih rendah dari Vietnam (20 persen), India (26 persen), hingga China yang dikenakan tarif 55 persen. Bahkan, beberapa negara seperti Bangladesh dan Kamboja dikenakan tarif masing-masing 35 persen dan 36 persen.

Keputusan AS memangkas tarif ini dinilai sangat krusial dalam menjaga daya saing Indonesia di tengah ketatnya persaingan perdagangan global.

Sebagai bagian dari kesepakatan dagang, Indonesia juga berkomitmen membeli produk energi asal AS senilai 15 miliar dolar AS, produk pertanian seperti gandum dan kedelai senilai 4,5 miliar dolar AS, dan 50 unit pesawat Boeing.

Ari melihat kesepakatan itu sebagai langkah strategis untuk memperkuat hubungan ekonomi bilateral sekaligus mengamankan akses ekspor utama Indonesia.

Baca Juga: Masih eksis hingga kini, Komunitas KUD Kabupaten Sleman harap Kopdes Merah Putih bisa bersinergi

"Kita memang tidak mengenakan tarif pada ekspor AS, namun imbal baliknya Indonesia mendapatkan akses yang lebih besar dan stabil ke pasar AS," ujarnya seperti dilansir Antara.

Meski begitu, Ari mengingatkan bahwa kesepakatan tarif resiprokal itu perlu diiringi dengan deregulasi di dalam negeri agar momentum ini bisa dioptimalkan.

"Deregulasi tetap menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing ekspor Indonesia secara menyeluruh," tutur Ari.(*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X