-
Adegan peperangan Panembahan Senapati dan Retno Dumilah PENGGALAN sejarah Mataram Islam Kotagede semasa pemerintahan Panembahan Senopati, banyak peristiwa menarik yang patut diaktualisasi kembali agar tidak hilang digilas waktu. Itulah yang kemudian dilakukan Dr. Drs. Nur Iswantara, M.Hum, Kaprodi S1 Sendratasik FSP ISI Yogyakarta, dengan menciptakan lakon 'Sendratasik Da Is Ta' atawa Kisah Awal Cinta Panembahan Senopati pada Retno Dumilah yang cukup memikat menyita perhatian masyarakat ketika di tampilkan dalam Festival Moyudan Bersatwa, beberapa waktu lalu di Kampung Satwa, Kedungbanteng, Sumberagung, Moyudan. Kisah cinta ini menurut Nuris, demikian sapaan akrab dramawan gaek ini merupakan episode dari peperangan antara Kerajaan Mataram dengan Kadipaten Madiun. Namun, begitu Madiun menurunkan Retno Dumilah seorang putri Adipati yang berparas cantik dan seorang prajurit sejati turun laga, banyak jatuh korban di pihak Mataram. Akhirnya Panembahan Senopati sendiri masuk gelanggang peperangan. Demi melihat kecantikan serta kesaktian Retno Dumilah yang membawa keris pusaka Madiun Kiayi Kalagumarang, hati pengusa Mataram pun bimbang. "Tak ada senjata pusaka yang mampu menandingi kesaktian Kalagumarang, kecuali ketulusan dan cinta sejati Panembahan Senopati. Disinilah terjadinya peperangan yang sedemikian fenomenal, amarah Retno Dumilah dilawan dengan ketulusan hati dan cinta Panembahan Senopati yang kemudian ternyata mampu meluluh lantakan kerasnya hati. Sang putri pun akhirnya dapat dikalahkan dan dipersunting menjadi permaisuri," tutur Nuris kepada Merapi. Karya Nuris yang demikian unik ini, bukan tanpa sebab terlahir dari proses kreatifnya, dipaparkan juga selama ini mulai banyak kisah-kisah patriotik dan heroik yang memiliki sejarah adiluhung mulai tercerabut dari akar ingatan anak bangsa. Justru tokoh-tokoh imajiner yang lahir dari dunia maya kemudian mengisi ruang-ruang memori dan menumpulkan pengetahuan sejarah milik sendiri. Meski kemudian hanya dianggap sebagai tontonan namun setidaknya pesan moral yang akan disampaikan sudah sampai kepada masyarakat sebagai pemilik sekaligus pewaris sejarah itu. Tokoh Panembahan Senopati diperagakan Sunu Wicaksono, Retno Dumilah oleh Nuril Azizah di dukung tiga gadis penari Sylva Lundia, Tiara Nirvana dan Titis. Sedang krew di belakang panggung sutradara dipercayakan pada Lutfi Priambodo, yang memiliki banyak pengalaman dalam penggarapan lakon sejenis, penata musik dipegang Sugma Putra dan stage manager Dinda Avero. "integrated art ini meluluhpadukan tiga bidang seni drama, seni tari dan musik secara proporsional sehingga menjadi tontonan yang memikat, selain kisah yang tampilkan mengandung unsur heroik, sakral penuh semangat patriotisme romantisme," pungkas Nuris. (Teguh)