Siswa SMPN 5 Yogya Gemparkan Dunia Sastra

photo author
- Senin, 15 Januari 2018 | 15:16 WIB
Muhammad Iqbal Althafah.Foto: Agoes Jumianto
Muhammad Iqbal Althafah.Foto: Agoes Jumianto

-
Muhammad Iqbal Althafah.Foto: Agoes Jumianto USIANYA masih 13 tahun. Pemilik nama Muhammad Iqbal Althafah ini juga masih duduk di bangku kelas I SMP. Tampi siapa sangka jika putra pasangan Didik Haribowo DS dan Dewi Lestari D yang tinggal di Prawurodirjan Yogyakarta ini sudah menggegerkan jagat sastra bukan saja di Yogyakarta tetapi juga Indonesia. Iqbal sudah mencatatkan namanya di deretan pujangga cilik yang lahir di Indonesia. Dalam usia yang masih sangat muda, siswa SMPN 5 Yogyakarta ini mampu menulis puisi yang sangat berkualitas. Kemuculannya sebagai penyair cilik inilah yang cukup mengejutkan kalangan sastra. Diksi, metafor, serta tema yang mencuat dari puisi-puisinya, tidak seperti anak di usianya. Keliarannya mengolah kata bak penyair senior dengan jam terbang tinggi. Iqbal dengan puisi-puisinya adalah individu yang berhasil keluar dari trajektori historisnya. Meski tidak memiliki darah penyair dan tidak lahir dari seorang ayah dan ibu yang berproses di penulisan kreatif, namun Iqbal membuktikan bahwa dunia menulis bisa dimasuki oleh siapa saja yang mau berproses dan bersungguh-sungguh memelihara nafas menulisnya. Iqbal sekali lagi membuktikan kiprahnya itu dengan meluncurkan buku kumpulan puisinya berjudul 'Beragam Jiwa dalam Satu Bendera'. Acara peluncurannya yang dihelat di Balai Bahasa Yogyakarta, Jalan I Dewa Nyoman Oka Kotabaru, Minggu (14/1) juga digelar istimewa dengan sebuah diskusi bersama pembicara Dr Else Liliani SS SPd MHum (dosen satra anak UNY) dan Herry Mardianto dari Balai Bahasa Yogyakarta. Ada 48 puisi karya Iqbal yang ditulisnya saat masih belajar di SD Muhammadiyah Sapen Yogya. Kumpulan puisi ini pun banyak mendapat pujian. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY Drs R Kadarmanta Baskara Aji menyebut, Iqbal mampu mengembangkan kecerdasan naturalis, artistik dan linguistik, dalam usia muda. Menghasilkan buku kumpulan puisi yang tidak saja bisa dinikmati anak seusianya, tetapi juga orang yang lebih dewasa. Sebagaimana salah satu puisinya berjudul 'Ibu Sejagad'. Mereka ibu sejagad// Meski tertindas// Mendengar lisan pedas// Mereka saja memelas// Apa karena ini dunia bebas?// Tidak! Ini dunia buas// Balasan ada di mata// Jahanam yang panas. Sedangkan Else Liliani menilai, gaya tutur Iqbal tak mudah ditebak. Dalam usia belia, Iqbal memiliki wawasan pentingnya menjaga persatuan di tengah keberagaman Nusantara. "Saya menyimpan kekaguman ketika Iqbal bicara soal nasionalisme dan isu-isu kenegaraan. Dari sudut pandang seorang anak, kita diajak untuk memikirkan negara, memikirkan sejauh mana kita menghargai kerja luhur para pahlawan kita menghargai kerja luhur para pahlawan," papar Else. Iqbal juga sarat prestasi. Dari sejumlah prestasi yang sudah diraihnya, yang paling membanggakan khususnya buat Yogyakarta di kancah nasional adalah ketika Iqbal menjadi Juara 2 Lomba Cipta dan baca puisi FLS2N SD di Manado 2016. Di bawah bimbingan sastrawati nasional Evi Idawati, Iqbal belajar intens menulis dan membaca puisi. Iqbal pun mantap ingin menjadi pujangga kondang. "Selama saya SMP target saya ingin merilis dua buku antologi puisi. Satu buku berisi 70-80 puisi," ujar Iqbal. (Aja)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Rekomendasi

Terkini

X