OJEK LUSI - Sabet Penghargaan Festival Film Dokumenter 2017

photo author
- Selasa, 19 Desember 2017 | 19:49 WIB
Winner Wijaya (paling kiri) bersama tim produksi film Ojek Lusi. Foto: Merapi-Muclis Choirul Anwar
Winner Wijaya (paling kiri) bersama tim produksi film Ojek Lusi. Foto: Merapi-Muclis Choirul Anwar

-
Winner Wijaya (paling kiri) bersama tim produksi film Ojek Lusi. Foto: Merapi-Muclis Choirul Anwar FILM dokumenter Ojek Lusi (Lumpur Sidoarjo) raih penghargaan film dokumenter pendek terbaik dalam Festival Film Dokumenter (FFD) 2017, mengungguli enam finalis lainnya. Film berdurasi 18 menit yang disutradarai Winner Wijaya ini mencerikan semangat warga yang terdampak lumpur lapindo (Lusi). Selain Ojek Lusi, ada film Hening dalam Riuh karya Qurrota Ayuni menjadi pemenang kategori dokumenter pelajar serta film I'Ve Got the Blues karya Angie Chen sebagai pemenang kategori dokumenter panjang. Sutradara Ojek Lusi, Winner Wijaya mengatakan, tragedi luapan lumpur di Sidoarjo mungkin fenomena satu-satunya di dunia ini. Pasalnya lumpur yang menengelamkan 16 desa tersebut justru menjadi obyek wisata yang menjadi penghidupan warga sekitar. Sebagian warga yang terdampak lumpur sehari-harinya bekerja sebagai penyedia jasa ojek sekaligus tour guide di daerah 'wisata lumpur' tersebut. "Ojek Lusi bercerita tentang tukang ojek yang merupakan warga korban luapan lumpur di Sidoarjo. Pekerjaan baru tersebut menjadi ironi, karena mereka menjajakan wisata bencana yang notabene adalah tanah kelahirannya. Setiap hari mereka menceritakan kembali kronologi kejadian saat lumpur itu menyembur dan menenggelamkan rumah mereka kepada para wisatawan yang merasa penasaran," jelas Winner saat ditemui di Taman Budaya Yogyakarta, Jumat (15/12/2017) malam lalu. Menurut Winner, Ojek Lusi menyentuh sisi yang berbeda dari beberapa kisah luapan lumpur di Sidoarjo yang pernah ada. Winner dengan Timnya ingin menunjukkan ironi kehidupan yang dijalani para korban lumpur tersebut. Kemampuan beradaptasi masyarakat selama sebelas tahun belakangan menghadapi bencana yang telah menghilangkan tanah kelahiran serta pekerjaannya menjadi pesan utama film ini. "Mereka adalah orang-orang yang mampu beradaptasi dengan ekosistem yang baru dengan ‘menjual’ apa yang dulunya adalah rumah mereka menjadi wisata bencana. Dari sini terlihat ironi yang terjadi di lumpur Sidoarjo. Para korban lumpur Sidoarjo ini harus hidup dengan menjajakan musibah yang menimpa mereka,” imbuhnya. Sebagai film dokumenter pertama karya mahasiswa jurusan Televisi di Univeraitas Multimedia Nusantara (UMN), Tangerang ini terbilang sukses. Sejauh ini, Ojek Lusi telah mengikuti festival film baik dalam maupun luar negeri. Tak hanya itu, film ini juga telah menyabet beberapa penghargaan salah satunya pada Festival Film Dokumenter 2017 ini. "Sebagai karya dokumenter pertama tentu ada banyak tantangan yang kami hadapi. Yang paling berat adalah improvisasi subyek dalam Ojek Lusi ini. Meski demikian, kami akan terus mencoba untuk membuat film dokumenter yang lebih baik. Karena karya kami lebih banyak bergenre fiksi. Semoga Ojek Lusi dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas terkait kondisi masyarakat terdampak lumpur serta dapat memberikan inspirasi," pungkas Winner. (C-2)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Rekomendasi

Terkini

X