seni-hiburan

Menikmati Ragam Karya 184 Perupa di Pameran Expose Edu Art

Jumat, 27 Juli 2018 | 17:29 WIB
MERAPI-AGOES JUMIANTO Lebih dari 200 karya seni rupa menarik dinikmati di pameran ini.

-
MERAPI-AGOES JUMIANTO
Lebih dari 200 karya seni rupa menarik dinikmati di pameran ini. TAMAN Budaya Yogyakarta (TBY) menjadi saksi perjalanan seni rupa, khususnya bagi kelompok seniman yang tergabung dalam Edu Art Forum, yang untuk kali ke-9 sukses menggandeng ratusan perupa di berbagai daerah di Indonesia dalam sebuah pameran bersama. Dan untuk gelaran tahun ini panitia merangkul 184 perupa menyuguhkan karya-karyanya dalam tajuk 'Pameran Expose Edu Art Action'. TBY dipilih sebagai jejak kreativitas perupa menggelar karyanya tentu karena dianggap paling siap menampung lebih dari 200 karya rupa dengan berbagai dimensi dan ukuran, selain juga ukuran prestige bagi gelaran ini. Menikmati ratusan karya rupa yang berjejal di ruang pameran tentu tak cukup waktu sesaat. Apalagi menikmatinya berbarengan dengan usainya seremonial pembukaan pameran, Rabu (25/7/2018) malam lalu. Ruang pameran bukan saja penuh dengan karya tetapi juga membanjirnya pengunjung. Beragam karya rupa dalam berbagai aliran dan gaya tentu menjadi menarik diapresiasi bagi masyarakat awam yang mulai beradaptasi menikmati karya-karya seni rupa. Keberagaman yang ada menjadi bukti bahwa seni rupa Indonesia itu memang kaya. Ruang yang menjadi tepat untuk menunjukkan kepada generasi milenial akan kekayaan seni rupa yang tak pernah berhenti tumbuh dan berkembang. Sebanyak 184 peserta pameran, sesuai data dalam katalog, 'Pameran Expose Edu Art Action' ini mencoba berbicara menyuarakan kegelisahan para perupa tentang apa yang mereka lihat, rasakan, kemudian dipresentasikannya dalam wujud karya. Menariknya, para perupa yang ikut ambil bagian dari pameran ini memiliki latar belakang profesi dan pendidikan beragam, mulai dari guru kesenian, seniman, pematung, wirausahawan, dokter umum, dokter hewan, karyawan, dan wartawan. Mereka datang dari berbagai kota di tanah air, seperti Riau, Aceh, Kalimantan, Lampung, Bali, Banten, Jakarta, Bandung, Cirebon, Pekalongan, Semarang, Salatiga, Solo, Surabaya, Lamongan, Pasuruan, Jember, Banyuwangi, Bali, Yogyakarta, dan kota-kota lain. Dalam pengantarnya, Direktur Edu Art Forum, Drs Mahyar Suryaman mengatakan, pameran ini menjadi penting, mengingat setiap tahun pesertanya selalu meningkat baik dari jumlah peserta, jumlah karya dan kualitas karya yang disajikan. Jenis, bahan, dan corak karyanya juga semakin variatif. "Dengan demikian, pameran ini dapat dimaknai semacam melacak jejak capaian artistik atau perkembangan kualitas karya dari para peserta dalam setiap penyelenggaraannya," papar Mahyar Suryaman.
-
MERAPI-AGOES JUMIANTO
Seorang pengunjung mengamati karya patung Timbul Raharjo. Menegaskan ucapan Mahyar Suryaman akan jejak artistik itu, memang butuh meluangkan waktu sehingga kita bisa menikmati kemerdekaan untuk mengapresiasi satu demi satu karya peserta. Keberagaman yang dihadirkan dalam pameran ini akan sayang dilewatkan bagi mereka yang ingin memasuki ruang keindahan yang dibangun para perupa dalam pameran ini. Bukan hanya karya lukis dua dimensi, tetapi juga sejumlah karya instalasi dan patung yang sarat makna dan pesan. Salah satu karya patung milik Timbul Raharjo berjudul Mouse Bull misalnya, banyak dilirik pengunjung. Patung sesosok banteng yang siap menyeruduk itu berbahan metal yang dipadupadankan secara artistik dalam wujud ukuran sebenarnya. Kepenasaran pengunjung tak berhenti sampai di situ, karena Timbul Raharjo sebelumnya sudah membuat karya serupa dalam sosok yang lain dengan dimensi yang lebih besar dan megah terpasang di Jalan Malioboro Yogyakarta. Selain Timbul Raharjo, beberapa nama pelukis punya nama juga muncul dalam pameran kali ini seperti Tulus Warsito dengan karyanya 'Over Loaded', dan Kartika (Affandi) dengan karya 'Taman di Amsterdam'. Praktisi Seni dan Dosen Seni Rupa FPSD UPI Bandung, Warli Haryana, M.Pd. turut menuliskan pengantarnya dalam pameran ini. Menurutnya, forum (pameran) ini diharapkan menjadi salah satu sarana membangun kebersamaan tanpa mendiskreditkan kamu siapa atau saya siapa, dan membingkai diri dalam wadah komitmen bersatu untuk berkarya, berkarya untuk peduli dan peduli untuk bangsa. Sebagai wujud pengadian membangun peradaban karya seni rupa dan budaya. "Jika dinikmati dalam pameran kali ini kekaryaannya multi tema atas diri masing-masing perupa. Meski saat ini merupakan tahun-tahun era politik, kekaryaannya murni tanpa terpengaruh secara mendalam dan tidak memlulu membahas perpolitikan, tetapi lebih asyik dengan pemahaman alam sekitar, kehidupan masyarakat yang diramu dalam berbagai teknik dan media," jabar Warli Haryana. 'Pameran Expose Edu Art Action' yang dibuka oleh Yani Saptohoedodjo pada Rabu (25/7/2018) lalu akan berlangsung hingga Senin 30 Juli 2018 dan terbuka untuk umum setiap hari pukul 09.00 sampai 21.00 WIB. (Aja)

Terkini