-
***
Dari luar kamarnya, Rast mendengar sebuah alunan lagu yang merdu dan akrab di telinga. Ia beranjak dari baringnya dan bergegas menuju kamar mandi. Bersiul merdu dalam nada yang sepertinya searah dengan lagu favoritnya. Dia merasa bebas hari ini. Tidak seperti hari-hari biasanya, setidaknya ini hari yang spesial baginya. Hari ini ulang tahunnya. Dan Rast bersyukur hari ini dia free dan memutuskan untuk melihat pameran barang antik di balai kota. Selesai mandi dia bercermin. Dia mengelus pipi kirinya yang sedikit bopeng. Tangannya menyentuh hidungnya sendiri yang bagai terong prematur. Di cermin, dilihat bibirnya yang menghitam karena kebanyakan merokok. Rast mengambil kemejanya yang berwarna biru dan tidak mengancingkan dua kancing bagian atas kemeja yang dikenakannya. Tanpa menunggu waktu lama, dia tancap gas menuju tempat pameran itu. Begitu sampai di balai kota dia langsung menuju tempat radio Bobo Marlayi. Di depan radio itu dilihatnya seorang lelaki yang terus menerus menatap radio itu. “Menarik, bukan?” tanya Rast pada lelaki itu. Lelaki itu menoleh dan mengarahkan pandangannya pada Rast yang ada di sebelahnya. “Apanya?” tanya lelaki itu. Dilihat olehnya Rast yang terus menatap tajam radio yang juga dilihatnya. “Radionya,” sahut Rast sembari jarinya menunjuk benda itu. Mata Rast menatap radio itu. “Kupikir juga begitu. Tapi menurutku ada yang lebih menarik.” “Tanda tangannya bukan?” “Nah itu.” “Tanda tangan itu sebenarnya replika dari pemilik aslinya. Radio itu milik Bobo Marlayi yang sering didengarnya sebelum ia terkenal dan meninggal. Sebenarnya radio itu tidak disertakan dalam acara ini. Tapi karena ada seseorang yang bersikukuh agar menyertakan radio itu akhirnya panitia menyetujuinya. Toh, tema acara yang diusung masih sama, yaitu identitas musik,” jawab Rast tanpa menoleh sedikit pun pada lelaki itu. “Bagaimana kau tahu?” Kali ini Rast menoleh. Dia dengan jelas melihat wajah lelaki itu. Tentu Rast mengenal wajah lelaki itu, “Namamu Rast bukan?” “Benar. Tapi maaf, bagaimana kau tahu namaku?” tanya lelaki itu. Rast tak menjawab. Ruly Riantiarno. Tergabung dan aktif di Komunitas Kamar Kata Karanganyar (K4) dan Literasi Kemuning. Bisa dihubungi lewat riantiarnoruly@gmail.com