'Ikoy-ikoyan' Bisa Timbulkan Efek Kebiasan, Simak Penjelasan Pakar

photo author
- Kamis, 12 Agustus 2021 | 14:47 WIB
Youtuber Arief Muhammad ditemui di Jakarta, Selasa (3/9/2019).  (ANTARA/Arindra Meodia)
Youtuber Arief Muhammad ditemui di Jakarta, Selasa (3/9/2019). (ANTARA/Arindra Meodia)



JAKARTA, harianmerapi.com - Tren aksi 'ikoy-ikoyan' yang dipopulerkan Arief Muhammad di media sosial bisa menimbulkan efek kebiasaan.

Setiap kesulitan akan diatasi dengan meminta bantuan kepada orang lain tanpa ada usaha mengatasi sendiri.


Efek kebiasaan itu disampaikan psikolog dari Universitas Indonesia A Kasandra Putranto di Jakarta, Kamis (12/8/2021). Ia menyarankan agar tren tersebut disikapi dengan bijak.

"Berbagi pada dasarnya adalah hal yang baik sebagai makhluk sosial. Namun kita sudah diajarkan sejak kecil bahwa kita tidak seharusnya memamerkan hal tersebut," kata Kasandra.

Baca Juga: Pemerintah Salurkan Lagi Bantuan Beras PPKM untuk 8,8 Juta KPM

Ikoy-Ikoyan sendiri adalah sebutan untuk hadiah yang diberikan kepada para followers yang mengirim DM maupun komentar unik dan lucu di akun Instagram influencer tersebut.

Namun belakangan ini, tren ikoy-ikoyan tersebut pun semakin ramai dan tersebar. Pasalnya, masyarakat pun tak hanya meminta 'hadiah' kepada Arief Muhammad melainkan beberapa artis maupun influencer.

Pada sebagian orang, berbagi bisa saja menjadi bagian dari strategi marketing, kata Kasandra. "Sebagai imbal jasa atas apa yang dilakukan orang lain, ada yang membuat menjadi tenar, menambah followers dan membangun image positif dan atau membeli kesetiaan," katanya memberikan contoh.

Menurut Kasandra, tren 'ikoy-ikoyan' itu tergantung dari motif dan cara untuk melakukannya. Sebab, hal ini akan merefleksikan profil psikologis, baik inteligensi dan kepribadian seseorang.

Baca Juga: Dugaan Suap di Ditjen Pajak, KPK Panggil Tujuh Orang Saksi

"Dengan meyakini prinsip law of attraction, kita akan memetik apa yang kita tanamkan. Berbagi karena pamrih, atau memang karena mengasihi sesama," ujarnya.

Selain Kasandra, Psikolog dan founder dari Klinik Psikologi Ruang Tubuh Irma Gustiana A, M.Psi mengatakan bahwa sebaiknya tren ini tidak menjadi kebiasaan di masyarakat.

"Tapi ini nggak boleh jadi kebiasaan sih sebenarnya ya. Jadi artinya kalau memang si influencer atau selebgram ingin menolong ya menolonglah dengan cara yang mungkin proporsional, yang tepat, sehingga tidak salah sasaran," kata Irma.

Irma menjelaskan, tren ini mungkin tidak menimbulkan gejala-gejala yang berisiko mengalami gangguan mental. Namun, hal ini dapat menurunkan karakter seseorang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X