Sejarah Mudik yang Mulai Dikenal Sejak Era 1970-an, Tradisi Kumpul Keluarga Hingga Ajang Pamer Harta

photo author
- Senin, 2 Mei 2022 | 08:00 WIB
Selama arus mudik-balik Lebaran 2022 Pemerintah akan memberlakukan aturan ganjil genap dan sistem satu arah (one way) di jalan tol dan nontol. ( Foto: Koko Triarko)
Selama arus mudik-balik Lebaran 2022 Pemerintah akan memberlakukan aturan ganjil genap dan sistem satu arah (one way) di jalan tol dan nontol. ( Foto: Koko Triarko)

JOGJA, harianmerapi.com - Mudik menjadi istilah yang umum dipakai untuk menggambarkan kegiatan seseorang pulang ke kampung halaman.

Tradisi ini dipakai bagi umat muslim yang merayakan momen Hari Raya Idul Fitri di tanah kelahirannya.

Tahukah anda bahwa istilah mudik berasal dari kata Udik.

Diambil dari bahasa Melayu udik yang artinya hulu atau ujung. Sebab pada masyarakat melayu yang tinggal di hulu sungai pada masa lampau sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk.

Baca Juga: Perputaran Uang Selama Libur Lebaran Diperkirakan Mencapai Rp 42 Triliun

Setelah selesai urusannya, maka kembali pulang ke hulu pada sore harinya.

“Berasal dari bahasa melayu, udik. Konteksnya pergi ke muara dan kemudian pulang kampung. Saat orang mulai merantau karena ada pertumbuhan di kota, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang saat mereka kembali ke kampungnya,” kata Antropolog UGM Prof Heddy Shri Ahimsa-Putra dalam keterangannya yang diterima harianmerapi, Selasa (26/4/2022) lalu.

Menurut Heddy, istilah mudik mulai dikenal luas di era tahun 1970-an, setelah pada masa orde baru melakukan pembangunan pusat pertumbuhan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan yang menyebabkan orang melakukan urbanisasi pindah ke kota untuk menetap dan mencari pekerjaan.

Baca Juga: Pemerintah Tetapkan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah Jatuh pada Senin 2 Mei 2022

Ia menuturkan, mereka yang bekerja dan hidup di kota. Lama lepas dari kerabatnya. Padahal selama di desa bisa dekat dengan kerabat.

“Kangen pasti. Menunggu libur yang agak panjang agar bisa kumpul sangat ditunggu. Karena kita di Indonesia masyarakat muslim yang paling banyak maka lebaran idul fitri jadi pilihan. Berbeda di Amerika dan Eropa, warganya banyak pulang kampung saat perayaan thanksgiving atau perayaan natal. Sementara di kita ya Idul Fitri,” paparnya.

Akan tetapi mudik bagi sebagian orang bukan semata-mata untuk ajang kumpul keluarga. Namun juga menjadi ajang bagi sebagian orang untuk pamer atas keberhasilan mereka di tanah perantauan.

“Motivasi lain karena ingin menunjukkan ia sudah berhasil secara ekonomi,” ujarnya. *

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X