lifestyle

Bila tak tepat, penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau AI dapat kurangi lapangan kerja

Kamis, 17 Agustus 2023 | 09:30 WIB
Teknologi AI untuk mendukung Visi Indonesia Emas 2045. (Antara/HO-Microsoft Indonesia)

HARIAN MERAPI - Penggunaan artificial intelligence (AI) atau teknologi kecerdasan buatan di Indonesia makin marak dan kian dibutuhkan.


Namun diingatkan agar penggunaan teknologi kecerdasan buatan ini tidak disalahgunakan.
Karena itu yang perlu dikembangkan adalah AI yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.


Pengamat Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan Indonesia perlu memperhatikan kebutuhan masyarakat dalam mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Baca Juga: Rayakan HUT ke-78 Kemerdekaan Indonesia, Smartfren Hadirkan Paket 100 GB Seharga Rp 100 Ribu

 

"Buat Indonesia yang mempunyai penduduk 278 juta ini rasanya perlu mengkaji secara lebih serius artificial intelligence ini untuk kepentingan bangsa Indonesia sendiri," kata Firman saat dihubungi ANTARA pada Rabu.

Dia menuturkan bahwa teknologi kecerdasan buatan impor tidak bisa diadopsi secara utuh untuk masyarakat Indonesia karena pada dasarnya fungsi AI dari negara lain dengan kebutuhan serta nilai kultur masyarakat tidak selamanya selaras.

"Kita tidak bisa memasukkan secara utuh artificial intelligence yang dikembangkan oleh Jerman atau artificial intelligence dikembangkan oleh Jepang. Masyarakatnya beda, pola-polanya beda, algoritmanya beda dengan algoritma masyarakat Indonesia," kata Firman.

 Baca Juga: Pemkab Kulon Progo Bagikan 765 Bendera Merah Putih kepada Masyarakat

"Ketika kita mau menangkap apa kemauan masyarakat, bahasa di Indonesia itu aja sudah bermacam-macam, ada bahasa daerah dari Sabang sampai Merauke, ini ketika dibaca oleh mesin buatan Amerika, Inggris, Jerman, Jepang itu tidak terbaca di Indonesia," tambahnya.

Oleh karena itu, kata Firman, Indonesia perlu memiliki lembaga yang secara khusus mengkaji, merencanakan, serta menerapkan teknologi AI yang dibutuhkan oleh masyarakat di sini.

Berbeda dengan negara maju yang memanfaatkan AI untuk mengefisienkan proses produksi tanpa tenaga manusia karena keterbatasan penduduknya, Indonesia yang memiliki populasi lebih banyak jangan sampai menjadi korban dari teknologi AI yang berpotensi mengurangi lapangan pekerjaan.

Firman juga menekankan pentingnya edukasi di kalangan masyarakat mengenai pemanfaatan AI agar nantinya Indonesia siap secara penuh dalam mengadopsi teknologi itu.

 Baca Juga: BKKBN Sebut Umur Ideal Menikah Lelaki 25 Tahun, Perempuan 21 Tahun

Halaman:

Tags

Terkini