lifestyle

Hati-hati, obesitas bisa meningkatkan sindrom metabolik penyebab PTM, begini menghindarinya

Kamis, 2 Maret 2023 | 07:00 WIB
Ilustrasi gizi seimbang (ANTARA/Shutterstock/Evan Lorne)



HARIAN MERAPI - Obesitas masih menjadi momok bagi masyarakat, karena berisiko mengancam kesehatan.


Menurut Dokter Spesialis Gizi Klinis dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, obesitas juga berpotensi memicu sindrom metabolik yang menyebabkan meningkatnya risiko penyakit tidak menular atau PTM.


Demikian dijelaskan Marya Haryono dalam acara Hari Obesitas Sedunia 2023 di Jakarta, Rabu
“Seseorang didiagnosis mengalami sindrom metabolik bila memiliki tiga atau lebih kondisi seperti kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, gula darah (glukosa) tinggi, rendahnya kadar kolesterol HDL (baik) dalam darah, tingginya kadar trigliserida dalam darah, dan tekanan darah tinggi. Berbagai kondisi tersebut seringkali dialami oleh orang obesitas,” ucapnya .

Baca Juga: Gempa magnitudo 5,5 guncang wilayah Sarmi di Papua

 

Marya menjelaskan cara mendeteksi ciri-ciri seseorang mengalami obesitas dengan kategori sindrom metabolik adalah jika lingkar perut pada laki-laki di atas 90 cm dan Wanita di atas 80 cm dengan diukur menggunakan meteran atau menggunakan tangan masing-masing mulai dari pusar ke punggung.

 

Selain itu, sindrom metabolik juga bisa dianalisa dari tekanan darah yaitu jika sistol yang di atas 130 mmHg dan diastolnya lebih dari 85 mmHg. Sistol adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi, sementara diastole adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali atau pembuluh nadi mengempis kosong.

Gula darah dan kolesterol yang meningkat juga merupakan tanda obesitas dengan kategori tersebut yang dapat menyebabkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.​​​​​​​

Baca Juga: Petung Jawa weton Jumat Pon 3 Maret 2023, gaya bicaranya keras, tegas dan meyakinkan

Marya menjelaskan obesitas merupakan tumpukan lemak akibat dari ketidakseimbangan asupan yang masuk ke tubuh seseorang dengan energi yang keluar. Meskipun juga ada pengaruh dari keturunan, pola asuh keluarga, pendidikan dan ekonomi.

Dia juga mengatakan obesitas tidak hanya dialami oleh orang yang kelebihan berat badan namun juga ada obesitas yang terjadi pada orang yang kurus. Maka itu perlu dipantau tingkat obesitas dengan mengukur Indeks Masa Tubuh sebagai deteksi awal yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter (m2).

“Dampak jangka pendek anak obestitas jadi kurang aktif, sering mengantuk, tidurnya mengorok dan jangka panjangnya berpotensi timbul penyakit yang kaitannya tidak menular, misalnya resiko kena stroke, serangan jantung, kencing manis atau diabetes,” ucap Marya.

Baca Juga: Banyak Harley Davidson ditawarkan lewat situs jual beli daring, apakah mereka ASN di Ditjen Pajak?

Dokter yang praktek di RS Siloam Kebon Jeruk ini menambahkan, mengonsumsi makanan sesuai anjuran dari Kementerian Kesehatan RI dapat mencegah obesitas pada anak, yaitu mengonsumsi sayur sebesar 2 kali lipat jumlah sumber karbohidrat dan protein, serta memerhatikan label kemasan sebelum membeli guna membatasi asupan gula, garam, lemak yang ada di makanan dan minuman

Halaman:

Tags

Terkini