Ia mengingatkan risiko permainan digital yang bisa memicu agresivitas. Sedangkan dongeng membuka ruang imajinasi sehat dan melatih kemampuan berpikir anak. Maka orang tua diharap untuk lebih kreatif, seperti menggunakan media pendukung cerita atau memberikan hadiah kecil agar anak semakin antusias.
Baca Juga: Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si: 'Meraih keseimbangan hidup dalam perspektif Al-Quran'
Dalam pendampingannya, Maia menemukan bahwa sejumlah anak korban banjir masih merasa takut ketika hujan turun atau mengingat peristiwa sebelumnya.
“Dongeng menjadi salah satu bentuk terapi yang membantu anak mengurangi kecemasan,” ujarnya.
Program Mobil Dukungan Psikososial Kemkomdigi sejalan dengan implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak (PP Tunas) yang bertujuan melindungi anak dari konten negatif di ruang digital seperti media sosial dan permainan daring (game online).
Kombinasi edukasi literasi dan pelindungan digital melalui PP Tunas diharapkan menjadi perisai agar anak tetap bisa tumbuh tanpa menjadi korban di ruang digital.
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus memastikan pemulihan konektivitas jaringan serta infrastruktur telekomunikasi di wilayah terdampak banjir dan tanah longsor di Sumatra.
Selain pemulihan teknis, Komdigi juga mendirikan sejumlah Posko sebagai Pusat Informasi dan Media Center untuk mendukung komunikasi darurat dan koordinasi penanganan bencana.*