lifestyle

Begini cara Komdigi membantu pemulihan psikososial anak terdampak banjir di Sumbar

Minggu, 7 Desember 2025 | 06:30 WIB
Aktivis Maia Janitra saat mengisi Program Mobil Dukungan Psikososial oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) di lokasi pengungsian Akademi Maritim Sapta Samudra, Kecamatan Koto Tengah, Kota Padang. (ANTARA/HO-Kemkomdigi)

HARIAN MERAPI - Anak-anak yang menjadi korban banjir bandang di Sumbar harus mendapat perhatian serius.


Terutama terkait kondisi psikososial anak terdampak banjir harus mendapat rehabilitasi atau pemulihan.


Terkait itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) membantu pemulihan kondisi psikososial anak-anak yang menjadi korban banjir dan longsor di Sumatra Barat (Sumbar).

Baca Juga: Ramalan zodiak Gemini dalam sepekan mulai Minggu 7 Desember 2025, sebelum Anda bertindak gegabah, luangkan waktu untuk memikirkannya

Melalui sesi mendongeng, anak-anak diajak mengurangi rasa trauma akibat bencana sekaligus diperkenalkan kembali pada dunia literasi.

Aktivis Anak Maia Janitra mengatakan bahwa mendongeng menjadi salah satu sarana efektif untuk mengembalikan semangat anak-anak setelah bencana, terutama di tengah tingginya penggunaan gawai dalam kehidupan sehari-hari serta dianggap kegiatan itu jauh lebih baik dan efektif membiarkan anak bermain gawai sepanjang hari.

“Mendongeng mengajak anak lebih mengenal dunia melalui cerita. Di dalam dongeng kita bisa menyampaikan pesan moral yang mudah dipahami anak. Mereka menjadi lebih tenang dan lebih mampu mengelola emosi. Ini berbeda dengan gawai yang membuat mereka larut dalam dunia mereka sendiri,” ujar Maia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Maia saat mengisi Program Mobil Dukungan Psikososial oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemomdigi) di lokasi pengungsian Akademi Maritim Sapta Samudra, Kecamatan Koto Tengah, Kota Padang, juga menambahkan bahwa interaksi langsung saat bercerita membantu pendamping memahami cara berpikir anak dan memperkuat hubungan emosional.

Baca Juga: Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Dihadiri sekitar 120 anak yang terdampak bencana di Sumbar, ia pun membagikan pengalaman sebelum-sebelumnya saat mendampingi anak-anak korban banjir.

Ia mengatakan anak-anak tersebut memiliki cara unik dalam memaknai kehilangan, misalnya menganggap barang yang hilang sebagai bagian penting dari identitas diri atau status sosial, yang dipengaruhi lingkungan dan budaya belanja daring.

“Saat kita hadir dan berinteraksi, kita dapat membantu membentuk karakter mereka. Bukan untuk menyalahkan, tetapi mengarahkan agar memahami cara pandang yang lebih baik,” katanya.

Keterlibatan aktif orang tua juga jadi faktor penting untuk menjaga kesehatan emosional anak, terutama pascabencana.

“Jika anak bermain gawai seharian, mereka cenderung tantrum dan emosional. Namun ketika diajak berdongeng atau bercerita, mereka lebih tenang dan realistis,” ujarnya.

Halaman:

Tags

Terkini