lifestyle

Pernahkan Anda merasakan burnout atau stres akibat kelelahan kerja, begini cara mengatasinya

Jumat, 1 Agustus 2025 | 12:30 WIB
Ilustrasi burnout pada manusia (ANTARA/Darling Downs Health)



HARIAN MERAPI - Belakangan ini istilah burnout menjadi sangat populer menyusul kasus tewasnya diplomat muda Kemenlu.


Burnout disebut-sebut sebagai faktor penyebab diplomat muda itu tewas, tanpa ada keterlibatan orang lain.


Psikolog Klinis lulusan Universitas Indonesia A. Kasandra Putranto mengatakan bahwa kelelahan bekerja (burnout) adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental akibat stres kronis di tempat kerja.

Baca Juga: Kepala MTs Muhammadiyah Kasihan masa jabatan 2025-2029 dilantik, berikut arahan dari Ketua PDM Bantul

"Burnout terjadi ketika tuntutan pekerjaan tinggi tidak diimbangi dengan sumber daya yang memadai," kata Kasandra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2019, keadaan burnout diklasifikasikan sebagai sindrom yang muncul akibat stres kerja yang tidak terkelola dengan baik.

Cirinya pun terbagi menjadi tiga yakni burnout secara fisik yang ditandai dengan adanya rasa kelelahan terus menerus, penderitanya mengalami gangguan tidur dan mudah sakit.

Burnout secara psikologis membuat penderitanya merasa kehilangan motivasi, merasa tidak dihargai dan mudah marah. Sedangkan burnout perilaku kerja ditandai dengan adanya penurunan produktivitas, sinisme terhadap pekerjaan dan sering absen.

Baca Juga: Intelijen menyebut, sejumlah permasalahan menjurus aksi di Temanggung

Kasandra mengatakan bahwa ada beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Langkah pertama yakni melakukan identifikasi dini melalui peningkatan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, melakukan pemeriksaan psikologis secara berkala dan melakukan deteksi dini atas gejala stres dan burnout.

Langkah kedua berkaitan dengan manajemen waktu dan beban kerja. Tetapkan batas waktu kerja yang jelas, hindari multitasking berlebihan dan prioritaskan tugas penting.

Di samping itu, kembangkan diri dan kompetensi dengan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan efektivitas. Carilah tantangan kerja yang sesuai dengan kapasitas pribadi.

Jangan lupa untuk membangun dukungan sosial melalui komunikasi yang sehat dengan rekan kerja dan atasan, serta terlibat dalam komunitas atau kelompok kerja yang positif.

"Penting juga untuk menyeimbangkan hidup dan kerja atau yang biasa kita sebut work-life balance. Sisihkan waktu untuk kegiatan pribadi dan keluarga, lakukan aktivitas relaksasi baik olahraga, hobi dan meditasi," katanya.

Baca Juga: Terjaring OTT di Kasihan Bantul, Pelaku Pembuang Sampah Liar Kena Denda Rp1 Juta

Halaman:

Tags

Terkini