lifestyle

Ini panduan penanganan bahaya pada anak, orang tua harus peduli, ikuti saran dokter berikut ini

Rabu, 28 Mei 2025 | 18:30 WIB
Ilustrasi anak demam (Pixabay)



HARIAN MERAPI - Para orang tua hendaknya jangan abai terhadap anak ketika mengalami kondisi bahaya.


Ada panduan dalam penanganan bahaya pada anak yang bisa dilakukan dengan cepat dan tepat.


Sebab, bahaya pada anak dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, sehingga menuntut respons cepat serta tepat dari orang tua atau pengasuh.

Baca Juga: Tangkap Pengedar Narkotika, Polres Sukoharjo Amankan 1 Kilogram Sabu Senilai Miliaran Rupiah

Dokter spesialis anak Abdul Chairy pada seminar penanganan kondisi bahaya pada anak yang diselenggarakan RS Pusat Otak Nasional (PON) bekerja sama dengan Unit Kerja Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA) Ikatan Dokter Anak Indonesia Jakarta secara daring, Selasa, menekankan pentingnya pengetahuan dasar pertolongan pertama untuk meminimalkan risiko cedera lebih lanjut pada anak.

Ia menggarisbawahi bahwa penanganan awal yang benar dapat menyelamatkan nyawa atau mencegah dampak serius.

"Langkah pertama adalah memastikan keamanan lingkungan. Kita harus segera menyesuaikan kondisi sekitar agar tidak terjadi bahaya tambahan. Misalnya, jika anak tidak sadar karena terjatuh di dekat sumber listrik, pastikan sumber listrik telah dimatikan sebelum mendekati anak," ujar dr. Abdul Chairy, Sp.A.

Baca Juga: Dongkrak Penerimaan Pajak UMKM, Kanwil Pajak DIY dan Pemkab Bantul Jalin Sinergi

Setelah lingkungan aman, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kesadaran anak. Tingkat kesadaran dapat bervariasi, mulai dari sadar penuh, tidak respons saat dipanggil, perlu rangsangan (seperti cubitan ringan), hingga tidak respons sama sekali. Jika anak tidak sadar, pemberian rangsangan diperbolehkan untuk melihat responsnya.

Chairy menjelaskan bahwa prioritas utama setelah mengidentifikasi ketidaksadaran adalah segera mencari bantuan, sambil melakukan pendekatan keselamatan dasar.

Pendekatan itu meliputi pemeriksaan detak jantung atau denyut nadi (dapat dirasakan di leher atau sudut dagu) dan memastikan jalur napas anak terbuka.

"Pada anak, terutama yang lebih muda, lidahnya relatif lebih besar dan lehernya cenderung tertekuk. Ini bisa menghambat jalur napas. Oleh karena itu, penting untuk mendongakkan kepala anak," jelasnya.

Namun, ia memberikan peringatan keras untuk kasus kecelakaan yang melibatkan trauma, seperti benturan kepala atau terjatuh dari ketinggian.

Baca Juga: Tangkap Pengedar Narkotika, Polres Sukoharjo Amankan 1 Kilogram Sabu Senilai Miliaran Rupiah

"Jika ada dugaan cedera tulang leher, jangan terlalu mendongakkan kepala anak. Cukup posisikan tubuhnya miring dan dongakkan setengah saja untuk menghindari tekanan pada saraf yang bisa menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian," tegasnya.

Halaman:

Tags

Terkini