lifestyle

Mengapa prevalensi merokok sulit turun, begini penjelasan pakar kesehatan

Selasa, 15 April 2025 | 10:30 WIB
Ilustrasi - Penjual menata rokok elektrik di salah satu toko di Pekayon, Jakarta Timur, Selasa (27/12/2022). (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)



HARIAN MERAPI - Prevalensi merokok sangat sulit turun karena beberapa faktor.


Pakar kesehatan mengupas penyebab mengapa prevalensi merokok sulit turun.


Menurut pakar kesehatan Prof Tikki Pangestu, ada tiga faktor utama yang dinilai menghambat penerapan pengurangan risiko tembakau sehingga berdampak dalam upaya menurunkan prevalensi merokok di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Baca Juga: Ibu Sholat Tahajud, Anak Gantung Diri

"Kelompok pengendalian antitembakau yang sangat menentang pendekatan pengurangan risiko tembakau dan cenderung mengedepankan kebijakan yang berfokus pada larangan dan pembatasan, tanpa mempertimbangkan perlindungan kesehatan bagi perokok yang ingin beralih ke produk lebih rendah risiko," kata Tikki Pangestu dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Kedua adalah posisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Tikki mengatakan negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah cenderung mengikuti WHO yang memiliki sikap menolak terhadap pendekatan pengurangan risiko tembakau.

Dampaknya, negara-negara tersebut sering kali mengalami keterbatasan dalam menilai manfaat dari implementasi pendekatan pengurangan risiko tembakau melalui penggunaan produk-produk tembakau alternatif.

Baca Juga: Peruntungan Shio Kambing berlaku besok Rabu 16 April 2025, jangan terlibat dalam perselisihan

Faktor yang terakhir adalah misinformasi tentang produk tembakau alternatif yang menyebabkan pemerintah dan organisasi kesehatan menolak untuk lebih terbuka terhadap potensi produk tembakau alternatif.

Menurut dia, salah satu bentuk misinformasi yang paling umum adalah anggapan bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan yang sama dengan rokok.

"Semua poin tersebut cukup sulit diatasi dan mencerminkan posisi yang hampir tidak dapat didamaikan. Kelompok pengendalian tembakau bertujuan menciptakan masyarakat bebas nikotin, bagi saya itu bersifat ideologis dan sangat tidak mungkin tercapai. Sementara itu, kami di komunitas pengurangan dampak buruk tembakau memiliki tujuan kesehatan masyarakat yang lebih pragmatis," kata mantan Direktur Penelitian, Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini.

Tikki menambahkan, meskipun ada banyak bukti tentang potensi manfaat produk tembakau alternatif dalam mengurangi risiko kesehatan, masih banyak pihak yang mengabaikan hal tersebut.

Baca Juga: Penyebab matinya hati manusia, orang mukmin harus mencegahnya

Pihaknya mencontohkan WHO yang tidak pernah mempertimbangkan potensi ini dalam mengurangi prevalensi merokok.

Halaman:

Tags

Terkini